Akses Ruang Kota: Penguasaan Lahan Kota, Etnisitas dan Ruang

Desember 14, 2012




Kepemilikan dan penguasaan lahan kota tidak jauh kaitannya dengan urbanisasi. Hak penggunaan lahan adalah hak yang melekat pada seseorang, baik secara kewarganegaraan atau  keanggotaannya dalam suatu silsilah keluarga. Setelah berkembangnya merkantilisme dan kapitalisme, lahan-lahan mulai dipandang sebagai komoditas yang bisa diperjualbelikan atau dipertukarkan di pasar. Kapemilikan lahan merupakan dasar berkembangnya posisi dominan hak milik pribadi dalam kapitalisme modern. Tetapi yang menjadi pusat perkembangannya adalah kota. Jadi, ada hubungan yang intrinsik antara urbanisasi dan perkembangan konsep hak milik pribadi.

Awal terjadinya penguasaan lahan kota ditandai dengan adanya proses urbanisasi. Urbanisasi ini terjadi sebagai akibat dari perampasan lahan pedesaan secara terus menerus tanpa memperhatikan garis batas kota. Kepadatan penduduk di kota karena urbanisasi mengakibatkan sering terjadinya pemisahan kaum dan diiringi dengan pembagian lahan. Kemudian para perantau (kaum urban) kesulitan untuk membeli tanah karena faktor ekonomi, selain itu adanya larangan menjual tanah kepada kaum pendatang.

Industrialisme dan Budaya Massa



Industrialisasi mengalami peningkatan pada skala perubahan hubungan antara budaya dengan sosial. Hal tersebut diperluas dengan melihat perubahan dramatis mengenai bagaimana manusia menjalankan hidupnya. Segala aspek mempengaruhi pola perubahan, termasuk pada pola konsumtif. Masyarakat memiliki keinginan untuk memenuhi kebutuhan sesuai tuntutan waktu. Untuk memenuhi hasrat konsumtif masyarakat, industri menyediakan pilihan-pilihan untuk dikonsumsi.

Perubahan pada pola konsumtif masyarakat membentuk kebudayaan. Kebudayaan tersebut terikat pada industri massal masyarakat dan globalisasinya. Partisipasi budaya juga berperan dalam perubahan pola konsumtif, karena budaya menjadikannya lebih bervariasi. Pola konsumtif yang dibentuk oleh industrialisasi membawa masyarakat pada praktek-praktek komersial baru. Pola konsumtif berubah pada waktu yang berbeda dan untuk orang yang berbeda pula. Dalam perubahannya, dengan revolusi industri orang-orang mulai membeli barang di pasar dan mereka sebelumnya memproduksi untuk mereka sendiri atau bahkan tidak melakukannya.

TIBA-TIBA

November 30, 2012

Tiba-tiba listrik mati, Mega berada di toilet. Seketika ia menjerit ketakutan. Mendengar jeritan perempuan, Ari yang ketika itu ada di kamar tidak bergeming. Ia sendiri merasa ketakutan karena seluruh ruangan gelap gelita. Mega masih menjerit, tentu saja Ari merasa tidak nyaman dengan jeritan yang memekakan telinganya. Ari berusaha meraba tempat tidur untuk menemukan ponselnya. Ketika didapatkannya benda itu, ia bergegas menyalakan lampu ponsel usang itu dan segera berjalan perlahan menuju jeritan Mega.

Jeritan Mega menuntun Ari sampai padanya. Ari mengetuk pintu toilet tanpa berkata apapun. Tapi tidak ada suara dari balik pintu, Ari mengetuk sekali lagi, dan ia mendapatkan kejutan. Suara Mega semakin keras berteriak.

“Ammmppuunnn…. Jangan ganggu gw!” teriak Mega gemetar.
“Ms. Mega ini saya!” teriak Ari.

Mega membuka pintu sedikit demi sedikit, ia mengintip dalam kegelapan. Ia melihat sesosok wanita kurus, tapi ia tidak yakin kalau itu Ari. Dengan sigap ia tutup kembali pintu tersebut. Namun, sebelum pintu rapat Ari mendorong dari luar. Meski tubuhnya kurus, Ari termasuk wanita perkasa, tak ayal itu membuat Mega terpental.

Agama dalam Perspektif Weber

November 28, 2012


Weber mengaitkan efek pemikiran agama dalam kegiatan ekonomi, hubungan antara stratifikasi sosial. Kemudian, ia menjelaskan dampak pemikiran agama puritan (protestan) yang memiliki pengaruh besar dalam perkembangan sistem ekonomi di Eropa dan Amerika Serikat yang ditopang oleh rasionalitas.

Weber menunjukkan adanya keterkaitan doktrin agama dengan semangat kapitalisme. Etika protestan tumbuh subur di Eropa yang dikembangkan oleh seseorang yang bernama Calvin, saat itu muncul ajaran yang menyatakan seseorang pada intinya sudah ditakdirkan untuk masuk surga atau neraka, untuk mengetahui apakah ia masuk surga atau neraka dapat diukur melalui keberhasilan kerjanya di dunia. Ukuran sukses dunia juga merupakan ukuran bagi sukses di akhirat. Sehingga hal ini mendorong suatu semangat kerja yang tinggi di kalangan pengikut Calvinis. Ukuran sukses dan ukuran gagal bagi individu akan dilihat dengan ukuran yang tampak nyata dalam aktivitas sosial ekonominya.

Freeport dan Perempuan Timika

November 27, 2012


Tragedi di Timika bukan hanya sebuah drama perebutan sumber daya alam (SDA) biasa. Masuknya PT Freeport Indonesia membawa malapetaka yang berkepanjangan bagi masyarakat Timika. Pasalnya, terjadi eksploitasi besar-besaran terhadap SDA dan masyarakatnya. Alhasil, perusakan alam pun tidak dapat dihindari. Hal itu berdampak buruk bagi kehidupan masyarakat, khususnya perempuan di wilayah tersebut.
Rusaknya alam dan pencemaran manyebabkan penduduk sulit mendapatkan air bersih dan sumber makanan. Situasi ini membuat perempuan harus bekerja labih ekstra untuk dapat memperoleh bahan-bahan makanan. Mangapa harus perempuan? Karena, perempuan lekat dengan citra dapur, sumur, dan kasur. Jadi, mau tidak mau perempuan mengemban tugas tersebut. Apalagi secara tradisi posisi laki-laki di Timika lebih kuat dibandingkan perempuan, karena sistem kekerabatan di sana menggunakan sistem patrilineal. Selain itu, pimpinan-pimpinan suku asli adalah laki-laki. Perempuan tidak diperkenankan ada dalam pusaran wilayah publik. Gereja pun memperkuat posisi tersebut. Ini merupakan potret marginalisasi perempuan dalam nagara, masyarakat, gereja, dan keluarga.

Dinamika Kebijakan Program KB


Ada banyak persepsi masyarakat mengenai program Keluarga Berencana (KB) yang mulai disosialisasikan sejak era kepemimpinan Soeharto. Berbagai pandangan ini tidak dapat digeneralisir memiliki persamaan berdasarkan latar belakang kelas sosial maupun status generasi. Misalnya, masyarakat kelas sosial menengah ke bawah dari generasi tua relatif tidak menggunakan KB karena memiliki pola pikir “banyak anak, banyak rezeki”. Sedangkan masyarakat kelas menengah ke atas dari generasi muda sangat menjunjung tinggi program catur keluarga ini.

Ada pula persepsi yang muncul berdasarkan penafsiran agama tertentu serta perbedaan pola pikir masyarakat desa yang tradisional dan masyarakat kota yang relatif  modern. Golongan muslim tertentu meyakini bahwa KB melanggar nilai-nilai agama, sedangkan masyarakat desa yang tradisional masih dianggap memiliki pandangan bahwa anak akan membawa berkah yang melimpah, sebabnya dengan memiliki banyak anak maka rezeki pun akan membanjiri mereka, tanpa melihat kondisi sosial-ekonomi yang dialami.

PENDIDIKAN DALAM MENGUPAYAKAN MOBILITAS SOSIAL

November 26, 2012


Pada hakekatnya pendidikan merupakan sarana penghubung yang mengantarkan peserta didik menuju pada kesadaran sosial yang lebih tinggi dari sebelum seseorang mengenyam pendidikan. Namun dalam perjalanannya, pendidikan kerap dijadikan pemisah peserta didik dari kehidupan sosialnya. Hal ini terjadi karena pendidikan yang diberikan bukan lagi berbasis akan realitas masyarakat. Akan tetapi lebih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar. Sehingga setelah mengenyam pendidikan, peserta didik tidak peka terhadap realita sosial yang ada di sekitarnya, justru mereka akan menghilang dari realitas sosial.

Orientasi pendidikan tampaknya harus dirubah, agar pendidikan dapat memainkan perannya sebagai motor penggerak mobilitas sosial. Sebab, pendidikan sebagai pembentuk intelektual peserta didiknya merupakan faktor yang sangat penting dalam perubahan yang terjadi di masyarakat. Bahkan boleh dikatakan, perubahan dalam masyarakat tergantung pada pendidikan seperti apa yang dikonsumsi oleh peserta didik.

Mobilitas sebagai salah satu indikator bahwa masyarakat kita mengalami kemajuan atau tidak cukup pantas kiranya dijadikan sebuah orientasi dari pendidikan. Sebab, tanpa adanya mobilitas sosial masyarakat tidak mungkin untuk mencapai kesejahteraan. Dari sedikit gambaran di atas, maka makalah ini akan membahas tentang peranan pendidikan dalam mengupayakan mobilitas sosial.

The Present State of The Debate on World Inequality

November 20, 2012

» Wallerstein melihat teori dependensi sebagai bagian dari sistem dunia dalam perspektif lebih luas. Ia berpendapat bahwa semua negara merupakan bagian dari ekonomi dunia kapitalis. Kekayaan merupakan hasil alamiah dari fundamental proses ekonomi. Menurut perspektif ini, kesenjangan antara kaya dan miskin pada akhirnya akan lenyap jika sistem kapitalis dunia menghilang.
» Ideologi ini memiliki berbagai tingkatan keberhasilan dari waktu ke waktu. Sejarah dunia adalah salah satu dari serangkaian hubungan pemberontakan melawan ketidaksetaraan.
» Dalam konteks pertanyaan tentang kesetaraan, evolusi diartikan sebagai proses yang bergerak dari yang tidak sempurna, keseimbangan hak-hak istimewa dan alokasi sumber daya. Ada banyak perdebatan tentang cara menetapkan kesetaraan.
» Sistem ekonomi yang ditawarkan dari waktu ke waktu harapan aproksimasi “kesetaraan” melalui jalan yang mengarah “pembangunan ekonomi” atau kadang-kadang hanya “pembangunan”.
» Dilihat dari sudut pandang "perspektif sistem dunia", istilah itu didasarkan pada asumsi, secara eksplisit maupun implisit, bahwa dunia modern terdiri dari satu ekonomi dunia kapitalis. Sejarah yang telah muncul sejak abad keenam belas dan yang masih ada saat ini.

DILEMA PENDIDIKAN DAN PENGANGGURAN: PENGANGGURAN TERDIDIK TEREKSKLUSI



Abstrak
Dalam dunia pendidikan, masalah terbesar di Indonesia yang harus menjadi prioritas penyelesaian adalah kualitas dan mutu. Artinya, kualitas sistem dan metode pendidikan, tenaga pendidik, kesejahteraan tenaga pendidik, metode mengajar, dan infrastrukturnya harus ditingkatkan. Namun, ada satu hal yang perlu dicermati, yakni peningkatan kualitas pendidikan adalah sebagai titik penentu yang mempertinggi kesempatan orang-orang terdidik memperoleh pekerjaan. Hal tersebut bertujuan supaya dapat mengurangi angka pengangguran terdidik di Indonesia dan menekan laju pertumbuhan masyarakat tereksklusi.

Pengagguran 
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.[1] Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan orang-orang di sekitarnya.
Terdapat beberapa jenis pengangguran. Pertama, pengangguran friksional, yakni pengangguran yang sifatnya sementara. Pengangguran ini disebabkan karena adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerna penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.
Kedua, pengangguran musiman, adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus menganggur. Contohnya seperti petani yang menanti musim tanam, tukan jualan duren yang menanti musim durian. Ketiga, pengangguran siklikal, pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.[2] Namun, pada umumnya pengangguran disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya.

Jendela Savana

November 18, 2012


Senja di Sebuah Kampung

Pagi, namun matahari belum tampak. Suasana dingin malam masih tertinggal. Angin berhembus lebut menyapu rambut seorang gadis yang berdiri di tengah savana, mengibas searah dengan rerumput yang bergoyang. Gadis itu tampak tenang, ia membuka jaketnya sebelum melepaskan alas kaki. Seperti tak merasa kedinginan, ia sama sekali tak bergeming ketika kakinya menginjak rumput yang basah karena embun. Ia mulai berjalan dengan langkah kecil, tetap tenang dan anggun. Perlahan direntangkan kedua tangannya seolah ingin memeluk sesuatu. Menghirup napas seperti menikmati aroma kopi yang baru diseduh. Ia terlihat sangat bahagia menjadi perempuan penyendiri yang suka menikmati pagi.

“Milka! Milka! Mil…….ka….!” suara seorang pria berhamburan di padang yang luas itu.

Ya, tentu saja si pria memanggil perempuan penyendiri itu. Milka mendengar, namun ia mengabaikan. Sampai akhirnya sesosok pria tinggi menarik tangannya yang sedang merentang.

Dinamika Sosialisasi Ber-KB*

Foto dengan Informan

Program keluarga berencana (KB) digulirkan sebagai Program Nasional pada 29 Juni 1970. Di Indonesia, KB dicanangkan untuk mengatasi masalah kepadatan penduduk. Pemuka agama dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) turut berpartisipasi dalam penyelenggaraan program tersebut. Meski didukung banyak pihak, KB tidak terlepas dari pro-kontra. Pasalnya, KB dianggap bertentangan dengan kepercayaan masyarakat setempat. Selama ini masyarakat telah menganut kepercayaan ‘banyak anak banyak rejeki’, sehingga untuk meluruhkan kepercayaan tersebut bukanlah hal yang mudah, karena sebagian besar dari mereka menganggap kalimat itu bukan sekedar jargon, melainkan sudah menjadi bagian dari budaya.
Program ini diperkenalkan pada masyarakat dengan metode ‘dor to dor’ atau disebut juga sebagai KB keliling. Satu kali dalam sebulan petugas KB menyambangi rumah penduduk di berbagai wilayah, salah satunya kampung Ciwaru, Bayah Barat, Banten. Metode sosialisasi yang digunakan pada masa orde baru cenderung represif. Warga didatangi beberapa petugas KB untuk disuntik tanpa ada penjelasan sebelumnya, jika menolak, mereka akan dipaksa. Bahkan, mereka tidak diberi pilihan untuk menentukan KB jenis apa yang mereka inginkan. Pada masa itu, jarum suntik masih dianggap sebagai benda yang menakutkan, terbukti ketika petugas KB datang menghampiri, sebagian besar warga akan berlari ke pantai yang tidak jauh dari pemukiman mereka untuk bersembunyi.

Gerakan Keagamaan

November 02, 2012


Agama lahir untuk manciptakan manusia beradab. Agama sebagai sistem nilai tersebut memberi kejelasan kepada manusia tentang apa yang baik dan buruk, yang mendasari seluruh kegiatannya dalam menciptakan peradaban. Namun, perlu diperhatikan bahwa agama yang ada di bumi tidak hanya satu melainkan terdiri dari berbagai agama yang masing-masing mengklaim ajarannya paling benar. Pengklaiman semacam itu sebenarnya wajar dan menjadi hak penganutnya, akan tetapi jika tidak diletakan pada posisi yang proposional akan menimbulkan konflik. Apalagi jika sampai menafikan eksistensi agama lain.
Agama sebagai pedoman dasar kehidupan umat manusia, maka seharusnya agama dapat menjadi tempat yang jauh dari persoalaan-persoalan rumit duniawi dan menjadi penyelamat bagi umatnya. Namun pada kenyataannya, banyak persoalan yang menyangkut keagamaan yang sebenarnya muncul bukan karena agama itu sendiri, melainkan muncul dari penganutnya. Penganut agama saat ini bukan lagi menjadi pengikut Tuhan mereka, melainkan menjadi penghancur agama itu sendiri.
Peristiwa tersebut merupakan persoalan krusial yang dihadapi komunitas beragama kontemporer. Di Indonesia, kemunculan lembaga-lembaga agama yang anarkis kerap memicu konflik internal antarpenganut agama. Peristiwa konflik organisasi keagamaan dilataribelakangi oleh kemunculan sekte, mazhab, atau aliran agama.

Mitos Kecantikan: Produk Patriarki Mendiskriminasi


Pendahuluan

Pada mulanya adalah konstruksi sosial. Apa yang didefinisikan sebagai cantik, modern, dan beradab ditentukan lewat konstruksi sosial. Kepentingan bisnis tentu saja turut menumpang di dalamnya. Siapa yang tidak tahu tentang kecantikan? Semua orang pasti tahu, terutama para perempuan yang selalu diidentikan dengan kata cantik. Sejak zaman dahulu, perempuan sudah dikonstruksikan sebagai makhluk yang cantik, identik dengan keindahan. Meskipun kecantikan selalu dikaitkan dengan perempuan, namun laki-laki turut andil dalam merekonstruksi kecantikan. Konon, kecantikan dianggap sebagai anugerah terindah bagi perempuan. Karena, kecantikan seperti magnet yang mampu menarik perhatian banyak orang.
Selain itu, banyak kisah yang menuturkan kecantikan sebagai penghancur laki-laki, keagungan dan kekuasaan laki-laki dapat jatuh di bawah kakinya. Tidak heran jika dalam mitologi kuno dilukiskan pengaruh seorang perempuan cantik yang mampu membuat laki-laki bersedia berkorban dan melakukan apa saja demi mendapatkan perempuan cantik tersebut. Kisah Julius Cesar dan Cleopatra, Rama dan Shinta, perebutan perempuan cantik antara Qabil dan Habil, perselisihan antara Epimetheus dan Prometheus demi memperebutkan Pandora yang cantik, merupakan beberapa kisah yang berpartisipasi dalam pembentukan mitos kecantikan yang sampai saat ini masih diagung-agungkan. Mitos ini telah berlaku sepanjang sejarah perempuan, sehingga kecantikan dipandang sebagai sesuatu yang objektif dan universal.
Perempuan ingin memiliki kecantikan, dan laki-laki pasti ingin memiliki perempuan yang cantik. Tekanan yang muncul akibat anggapan ini dirasakan oleh perempaun. Perempuan merasa sakit, malu dan sedih karena mitos kecantikan. Hal ini memunculkan rasa cemburu atau iri. Akhirnya, mereka menderita karena persaingan antarsesama. Tidak mengherankan jika saat ini banyak perempuan yang berbondong-bondong menyulap dirinya menjadi “cantik”.

Mata Hari*



Pernahkah kau bertemu dengan seseorang yang begitu mudah untuk dicintai? Pada hari-hariku yang lalu, aku bertemu seorang gadis. Mungkin bila aku menceritakan bagaimana dia telah memesona, kau takkan mempercayaiku. Tapi tak apa, memang sulit mempercayai bagaimana sebuah keindahan surgawi bisa menyentuh bumi yang kian renta ini.

Aku, Mahameru, seorang pecinta keindahan. Semua keindahan di muka bumi ini takkan luput dari kekagumanku. Semuanya, sebutlah kanvas tua Monalisa, syair-syair romantis Shakespeare, renungan cinta Khalil Gibran, ataupun tarian kata ekstase-nya Rumi. Dan ratusan malam yang kuhabiskan bersimpuh dibalik gaun para gadis secantik Cleopatra ataupun seindah Aphrodite, yang menemaniku di atas peraduan.

Namun entah sejak kapan, aku mulai membuang jauh kekagumanku itu. Aku tak lagi mampu merasakan yang dulu pernah kurasakan. Aku melihat keindahan seperti sebuah topeng yang menutupi sebuah wajah yang menakutkan. Aku melihat keindahan seperti sehelai sutera yang menutupi sekujur tubuh penuh luka dan nanah. Aku tak lagi bisa menengadahkan wajahku menatap matahari, karena sengatan sinarnya telah menghanguskan kulitku dan mengeringkan bola mataku.

Aku menjadi pemuja keindahan yang memalingkan wajah setiap berpapasan dengan senja yang begitu indah. Yang menutup telinga setiap mendengar alunan merdu dari biola sang maestro. Yang memejamkan mata setiap kali gadis-gadis cantik dengan busana yang indah melambaikan tangan padaku.

ARTI LIRIK LAGU ITSUMO NANDO DEMO (KIMURA YUMI)


Ia memanggil dari lubuk hati yang terdalam
Kuingin selalu memimpikan mimpi yang indah
Kesedihan tak akan pernah terhitung banyaknya
Tapi kuyakin akan bertemu engkau di seberang
Setiap waktu manusia selalu mengulang kesalahan
Mereka kenali birunya langit
Sepertinya jalan tak akan berujung
Tapi tangan-tangan ini dapat menemukan cahaya
Hati yang sepi di kala berpisah

Pendidikan Berorientasi Nilai: Penyalahgunaan Lembar Kerja Siswa (LKS)

November 01, 2012

Pendidikan sering dikatakan sebagai aset yang sangat berharga. Karena, pendidikan diyakini sebagai tombak untuk memberantas kebodohan. Untuk itu, pendidikan tetap bertahan hingga saat ini. Namun, muncul pula anggapan yang sangat kontras, tak jarang masyarakat yang menyatakan pendidikan adalah barang mahal dan mewah, tak semua penduduk Indonesia bisa menikmati barang mewah tersebut. Anggapan negatif tersebut muncul karena pendidikan telah melenceng jauh dari cita-cita idealnya sebagai wahana pembebasan dan pemberdayaan.
Sekolah merupakan salah satu institusi pendidikan yang sangat berperan besar dalam pencapaian cita-cita pendidikan. Namun sayangnya, sekolah hanya dijadikan institusionalisasi nilai. Salah satu bukti nyata adalah dengan diberlakukannya penggunaan LKS di sekolah.
Lembar kerja siswa (LKS) adalah bagian pokok dari suatu modul yang berisi tujuan umum topik yang dibahas dan disertai soal latihan atau instruksi praktik bagi siswa. LKS digunakan untuk menuntun siswa belajar mandiri dan dapat menarik kesimpulan pokok bahasan yang diajarkan. Penyajian bahan pelajaran umumnya dapat mendorong siswa mengembangkan kreativitas dalam belajar. Dengan demikian, siswa diharapkan  mampu mendorong siswa secara aktif mengembangkan dan menerapkan kemampuannya.
LKS yang baik harus memenuhi persyaratan konstruksi dan didaktik. Persyaratan konstruksi tersebut meliputi syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran dan kejelasan yang pada hakekatnya haruslah dapat dimengerti oleh pihak pengguna LKS yaitu peserta didik, sedangkan syarat didaktif artinya bahwa LKS tersebut haruslah memenuhi asas-asas yang efektif.

Musik dan Identitas

Oktober 12, 2012


Musik merupakan sesuatu yang sangat disukai oleh kebanyakan orang. Pasalnya, musik senantiasa menemani kegiatan manusia, begitu juga dengan perkembangan teknologi rekaman dan alat-alat yang canggih menyebabkan semua orang dapat lebih mudah menikmati musik. Musik merupakan perilaku sosial yang komplek dan universal, di dalamnya memuat banyak ungkapan gagasan dan ide.
Musik tidak hanya dipandang menjadi sebuah sarana hiburan dan rekreasi, lebih dari itu musik memiliki peran tersendiri dalam sebuah pendidikan, seperti dalam proses komunikasi menyuarakan pesan maupun kritik terhadap suatu hal dengan gaya bahasa yang dimiliki oleh musisi. Melalui musik, orang dapat menjelaskan maksud hati atau pengalaman jiwanya, selain itu musik juga dapat memengaruhi orang untuk menikmatinya. Dengan liriknya, musik dapat membawa suasana hati, baik dalam perasaan sedih maupun bahagia, bahkan dapat menimbulkan rasa puas.

Konsumsi untuk Mereproduksi

Oktober 10, 2012

Prom Night menjadi acara yang sangat penting bagi remaja, karena inilah malam terakhir mereka sebagai pelajar dan inilah terakhir kalinya mereka dapat berkumpul bersama dalam sebuah ruangan. Setelah menempuh beberapa tahun bersama tentunya akan menyedihkan jika berpisah tanpa adanya sebuah acara. Itulah satu dari banyak alasan bagi para remaja untuk menghadiri Prom Night. Sayangnya, acara perpisahan semacam ini lebih menonjolkan sisi konsumsi. Kegairahan konsumsi tidak begitu saja muncul, menurut pengamatan penulis, konsumsi muncul melalui proses adaptasi cara belajar menuju aktivitas konsumsi atau pengembangan suatu gaya hidup.
Proses Pembelajaran Konsumsi


Prom Night, Sebuah Ruang Eksistensi Remaja

Pendidikan di Indonesia lebih condong pada aspek kognitif yang hanya berfokus pada transfer of knowledge, tetapi tidak mampu mengembangkan potensi individu secara keseluruhan. Paulo Freire menekankan bahwa pendidikan merupakan proses pembebasan, dan pendidikan adalah sebuah proses membangkitkan kesadaran kritis. Maka, pendidikan yang sesungguhnya harus mampu mengembangkan potensi kemanusiaan yang ada dalam diri individu. Jadi, pendidikan tidak hanya persoalan transfer of knowledge, tetapi meliputi transfer of skill dan transfer of value.
Namun pada kenyataannya, pendidikan di Indonesia sangat jauh dari hal tersebut. Selama ini, pendidikan lebih condong untuk mengejar target formalitas. Sehingga mengabaikan tujuan utama pendidikan, yakni pembentukan watak dan kepribadian positif pada diri individu. Pendidikan di negara ini hanya terfokus terhadap simbol-simbol semata, seperti nilai pada rapor, indeks prestasi dan sebagainya. Tingkat keberhasilan belajar hanya diukur berdasarkan penilaian hasil belajar secara berkelanjutan melalui ulangan atau ujian dan tugas. Padahal, penilaian tersebut hanya mencerminkan satu aspek saja, yakni kognitif.

Budaya Pop dan Prom Night


Budaya Barat jelas mengesankan bagi masyarakat Indonesia, ini terbukti dari peniruan-peniruan yang dilakukan oleh masyarakat terhadap gaya hidup, tata nilai, dan bahkan pemikiran-pemikiran Barat. Meski terjadi usaha resistensi dan perimbangan terhadap fenomena ini, namun imbalan-imbalan sesaat budaya kosmopolis Barat terlalu memesona untuk disingkirkan. Sebenarnya, pesona Barat sudah bergaung sejak zaman kolonialisme Belanda. Namun, objek keterpesonaan masyarakat tidak pada “fisik”, pesona Barat saat itu terletak pada kebebasan dan ilmu pengetahuan. Dalam hal ini jelas terlihat perbedaan antara pesona Barat di zaman kolonial dengan pesona Barat kontemporer. Saat ini, hal-hal yang berbau Barat (makanan, fashion, arsitektur, musik, film dan sebagainya) telah menjadi kiblat. Sejalan dengan itu, media turut memperbesar gairah masyarakat untuk menjadi bagian dari pemuja Barat.

Reproduksi Prom Night


Prom Night merupakan salah satu acara formal dalam kehidupan remaja yang terus direproduksi. Reproduksi ini tidak terlepas dari kepentingan masing-masing agen. Dalam hal ini, peran media menjadi sangat penting, karena medialah yang memperkenalkan Prom Night pada remaja dan membawanya masuk ke dalam sekolah.

Reproduksi Prom Night

Prom Night dan Film


Seolah menjadi kewajiban, sebagian besar siswa SMA rutin menyelenggarakan Prom Night. Bagi mereka, Prom Night merupakan bagian dari budaya, sehingga mereka merasa wajib untuk menyelenggarakannya, meski demikian, di mata mereka acara tersebut hanyalah acara perpisahan biasa yang dikemas dengan konsep mewah.
Pentingnya Prom Night bagi remaja juga tergambar dalam film berjudul Prom yang disutradarai oleh Joe Nussbaum. Film ini menceritakan tentang sebuah malam yang menyatukan segala jenis karakter siswa dari yang cantik, tampan, populer, pemalu, atlet, bahkan yang freak sekalipun, itulah Prom Night. Cerita berawal dari perjuangan seorang gadis yang menjabat sebagai Ketua Panitia Prom, bernama Nova, dalam mempersiapkan ulang acara Prom karena semua dekorasi Prom terbakar di gudang sekolah.

Konsep Pendidikan Paulo Freire

Oktober 09, 2012


Pendidikan merupakan usaha untuk membebaskan manusia, sedangkan pendidikan menurut Paulo Freire merupakan usaha untuk mengembalikan fungsi pendidikan sebagai alat yang membebaskan manusia dari berbagai bentuk penindasan dan ketertindasan, atau bisa disebut dengan usaha untuk "memanusiakan manusia" (humanisasi). Dengan menggunakan pendekatan humanis, ia membangun konsep pendidikannya mulai dari konsep manusia sebagai subyek aktif. Manusia adalah makhluk praksis, yakni makhluk yang dapat beraksi dan berefleksi dengan menggunakan pikirannya.
Pendidikan dengan pendekatan kemanusiaan sering diidentikan dengan pembebasan, yakni pembebasan dari hal-hal yang tidak manusiawi. Jadi, untuk mewujudkan pendidikan yang memanusiakan manusia dibutuhkan suatu pendidikan yang membebaskan dari unsur dehumanisasi. Dehumanisasi tersebut bukan hanya menandai seseorang yang kemanusiannya telah dirampas, melainkan (dalam cara yang berlainan) menandai pihak yang telah merampas kemanusiaan itu, dan merupakan pembengkokkan cita-cita untuk menjadi manusia yang lebih utuh.

Pierre Bourdieu: Arena Reproduksi Kultural


Untuk memahami arena produksi kultural, peneliti merasa perlu untuk mengamati struktur arena, di mana letak posisi-posisi yang diduduki oleh para agen yaitu sekolah, siswa dan orang tua juga yang diduduki oleh kekuatan-kekuatan yang menentukan konsekrasi dan legitimasi yang membuat produk budaya itu sah menjadi suatu produk budaya, juga analisis posisi-posisi di dalam arena kekuasaan yang lebih luas. Secara menyeluruh merupakan kesatuan kondisi sosial yang meliputi produksi, sirkulasi dan konsumsi barang-barang simbolik.
Dalam upaya mencari relasi antara struktur obyektif yaitu kebudayaan[1] dan agen yaitu individu, Pierre Bourdieu memproposisikan sebuah teori bagi analisis dialektik kehidupan praksis.[2] Dua alat konseptual yang digunakan oleh Bourdieu adalah habitus dan arena yang ditopang oleh konsep tentang kekuatan simbolik, strategi dan perjuangan untuk mencapai kekuasaan simbolik dan material melalui beragam kapital yaitu ekonomi, budaya dan simbolik. Formula yang menurut Pierre Bourdieu non-linier menggantikan relasi yang sederhana antara individu dan struktur dengan relasi-relasi yang dikonstruksikan antara habitus dan arena hingga tercapai: (Habitus x Kapital) + Arena = Praksis.

Gaya Hidup


Bila membahas mengenai masyarakat perkotaan tidak bisa terlepas dari media massa, teknologi, dan segala sesuatu yang kebarat-baratan, yang menjadi tren gaya hidup modern. Masyarakat perkotaan adalah masyarakat yang pluralistik, sehingga penduduknya dapat dikelompokkan dalam berbagai strata. Setiap strata, hingga batas tertentu, terdiri dari sejumlah individu yang memiliki sikap, pola tindakan dan gaya hidup yang sama. A.B. Susanto menyatakan bahwa “media massa berpengaruh besar terhadap gaya hidup masyarakat perkotaan masa kini, karena media massa turut menentukan tren, dengan menampilkan trend setters maupun menampilkan unsur-unsur gaya hidup yang sedang ngetren.[1]
Pada umumnya gaya hidup diartikan sebagai karakteristik seseorang yang berkaitan dengan pola penggunaan waktu, uang, ruang, dan objek-objek yang berkaitan dengan semuanya. Misalnya cara berbicara, cara makan, cara berpakaian, kebiasaan di kantor, kebiasaan berbelanja, kebiasaan di rumah, pilihan teman, hiburan, tata rambut, restoran dan sebagainya.

Kemiskinan yang Terjadi di Indonesia

Oktober 06, 2012


With Cudith, Erick, Elsheren, Melisa dan Richard 



Kemiskinan di Indonesia bukanlah hal yang lazim lagi di bicarakan. Kemiskinan di sebuah negara itu sudah mutlak, dan harus segera diselesaikan. Namun, bagaimana cara menyelesaikan kemiskinan itu dengan tuntas? Apakah ada cara yang singkat untuk memberantas kemiskinan itu sendiri? Jawaban dari pertanyaan itu hanyalah bisa di jawab oleh pemerintah sendiri. Kemiskinan memiliki beberapa aspek. Berikut adalah aspek aspek yang menyebabkan kemiskinan di Indonesia:

Fashion ala Prom Night

Oktober 04, 2012


Prom Night biasanya diadakan sebagai hadiah bagi para siswa yang sudah menyelesaikan tiga tahun masa sekolah, baik SMP ataupun SMA. Acara ini menjadi kesempatan terakhir para siswa untuk tampil berbeda di hadapan teman sekolah. Untuk itu, mereka yang hadir akan tampil semenawan mungkin. Mencari model pakaian, rambut, make up dan aksesoris untuk Prom Night selalu jadi kesibukan tersendiri bagi para siswa yang ingin tampil sempurna, terutama bagi perempuan. Biasanya mereka akan berdandan sesuai dengan fashion yang sedang tren.

Sekilas Tentang Prom Night (2)


Foto: Dokumentasi Pribadi


Selesai UN tidak sedikit sekolah yang mengadakan acara perpisahan. Acara ini merupakan momen yang paling ditunggu para siswa, apalagi kalau lulus SMA. Acara tersebut bertujuan untuk melepas siswa kelas XII yang selama tiga tahun mengikuti kegiatan pendidikan. Selain itu, acara perpisahan sekolah merupakan ajang mengenang kembali kegiatan ketika masih SMA sekaligus menambah keakraban sesama kawan sekolah.
Perpisahan sekolah biasanya diselenggarakan dalam bentuk pesta. Sampai saat ini pesta perpisahan sekolah masih sering dilakukan, bahkan menjadi hal yang wajib bagi setiap sekolah. Acara ini menjadi spesial karena di dalamnya semua warga sekolah berkumpul untuk merayakan kelulusan sekaligus perpisahan.

Sekolah (?)

Oktober 02, 2012


Dalam sejarah umat manusia, hampir tidak ada manusia yang tidak menggunakan pendidikan dalam rangka peningkatan kualitas hidup. Pendidikan dibutuhkan demi menunjang peran individu di masa mendatang. Upaya pendidikan yang dilakukan oleh suatu bangsa memiliki hubungan yang signifikan dengan kemajuan bangsa tersebut di masa mendatang.
Dengan demikian, pendidikan dapat dikatakan sebagai sarana terbaik untuk menciptakan suatu generasi yang berkualitas. Untuk dapat mewujudkan pendidikan dan masa depan yang diinginkan, tidak sedikit orang tua yang memasukkan anaknya ke institusi pendidikan, yakni sekolah. Sebagian besar orang menganggap bahwa sekolah merupakan institusi yang paling tepat untuk meningkatkan kualitas hidup.

Sekilas tentang Prom Night (1)

Foto: Kompas

Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan selalu berkembang dan selalu dihadapkan pada perubahan zaman. Untuk itu, mau tak mau pendidikan harus didesain mengikuti irama perubahan tersebut supaya tidak tertinggal dengan lajunya perkembangan zaman itu sendiri. Namun, usaha tersebut seringkali disalahartikan. Kini kebanyakan sekolah mewujudkan usaha tersebut dengan cara mengikuti permintaan siswa, seolah sekolah merupakan swalayan yang menyediakan apapun yang siswa inginkan.

Social Problems: Poverty

Agustus 10, 2012

With Antonius Hengky, Jesslyn Meliana, Ivan Saputra, Tanthalia*



Deskripsi: Seorang pemulung dengan gerobaknya, foto ini diambil di perumahan Alam Raya, Minggu, 29 Juli 2012.

Kategori: Kemiskinan

Analisis: Pada gambar tersebut terlihat seorang pemulung dengan gerobaknya, hal ini sungguh memprihatinkan dan menyedihkan. Mereka mencari uang hanya dengan memungut kaleng, plastik bahkan makanan sisa yang sudah dibuang, lalu dimasukan ke dalam gerobaknya yang kemudian akan dijual.
 
Design by Pocket