Sekilas tentang Prom Night (1)

Oktober 02, 2012

Foto: Kompas

Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan selalu berkembang dan selalu dihadapkan pada perubahan zaman. Untuk itu, mau tak mau pendidikan harus didesain mengikuti irama perubahan tersebut supaya tidak tertinggal dengan lajunya perkembangan zaman itu sendiri. Namun, usaha tersebut seringkali disalahartikan. Kini kebanyakan sekolah mewujudkan usaha tersebut dengan cara mengikuti permintaan siswa, seolah sekolah merupakan swalayan yang menyediakan apapun yang siswa inginkan.
Model pendidikan seperti itu akan menghasilkan manusia yang hanya siap memenuhi kebutuhan zaman, bukannya bersikap kritis terhadap zaman. Manusia sebagai objek (yang adalah wujud dari dehumanisasi) merupakan fenomena yang justru bertolak belakang dengan visi humanisasi, menyebabkan manusia tercabut dari akar-akar budayanya. Seperti yang terlihat saat ini, di mana para remaja mengagumi hal-hal yang berbau Barat.
Hal ini dapat dilihat dari bagaimana para remaja terpesona oleh acara Prom Night yang berasal dari Amerika. Melalui media mereka diperkenalkan oleh Prom Night. Remaja yang dalam kesehariannya dekat dengan media, tidak dapat menghindar dari pesona Prom Night yang ditawarkan olehnya. Melalui media, remaja hendak dibentuk menjadi generasi yang tumpul, tidak produktif dan dijauhkan dari semangat ilmiah. Mereka tidak lagi memikirkan bagaimana membangun karakter pribadi yang produktif seperti berkarya, mencipta dan berperan untuk melawan kontradiksi yang ada di dalam masyarakat. Mereka lebih memilih tenggelam dalam pesona Barat yang dibawa oleh media.
Keterpesonaan tersebut mereka bawa ke dalam institusi pendidikan yang bernama sekolah. Sekolah menjadi arena di mana Prom Night direproduksi. Di sekolah Prom Night menjadi ruang sosial, di mana para agen melakukan strategi-strategi untuk mempertahankan kedudukan masing-masing. Proses reproduksi tersebut tidak terlepas dari peran media yang masuk ke dalam wilayah sasaran, yakni sekolah, dengan membawa produk-produknya. Produk-produk tersebut memancing hasrat konsumsi. Pada level inilah terjadi adaptasi proses belajar menuju aktivitas konsumsi atau pengembangan suatu gaya hidup.
Konsumsi merupakan pendukung untuk mencapai kepentingan masing-masing agen. Konsumsi yang mereka lakukan lebih kepada barang-barang simbolik. Konsumsi barang-barang simbolik dalam Prom Night diasosiasikan dengan kemewahan, keindahan dan romansa. Sehingga bukan pemandangan yang aneh jika Prom Night identik dengan kemewahan.   

 
Design by Pocket