TIBA-TIBA

November 30, 2012

Tiba-tiba listrik mati, Mega berada di toilet. Seketika ia menjerit ketakutan. Mendengar jeritan perempuan, Ari yang ketika itu ada di kamar tidak bergeming. Ia sendiri merasa ketakutan karena seluruh ruangan gelap gelita. Mega masih menjerit, tentu saja Ari merasa tidak nyaman dengan jeritan yang memekakan telinganya. Ari berusaha meraba tempat tidur untuk menemukan ponselnya. Ketika didapatkannya benda itu, ia bergegas menyalakan lampu ponsel usang itu dan segera berjalan perlahan menuju jeritan Mega.

Jeritan Mega menuntun Ari sampai padanya. Ari mengetuk pintu toilet tanpa berkata apapun. Tapi tidak ada suara dari balik pintu, Ari mengetuk sekali lagi, dan ia mendapatkan kejutan. Suara Mega semakin keras berteriak.

“Ammmppuunnn…. Jangan ganggu gw!” teriak Mega gemetar.
“Ms. Mega ini saya!” teriak Ari.

Mega membuka pintu sedikit demi sedikit, ia mengintip dalam kegelapan. Ia melihat sesosok wanita kurus, tapi ia tidak yakin kalau itu Ari. Dengan sigap ia tutup kembali pintu tersebut. Namun, sebelum pintu rapat Ari mendorong dari luar. Meski tubuhnya kurus, Ari termasuk wanita perkasa, tak ayal itu membuat Mega terpental.

Agama dalam Perspektif Weber

November 28, 2012


Weber mengaitkan efek pemikiran agama dalam kegiatan ekonomi, hubungan antara stratifikasi sosial. Kemudian, ia menjelaskan dampak pemikiran agama puritan (protestan) yang memiliki pengaruh besar dalam perkembangan sistem ekonomi di Eropa dan Amerika Serikat yang ditopang oleh rasionalitas.

Weber menunjukkan adanya keterkaitan doktrin agama dengan semangat kapitalisme. Etika protestan tumbuh subur di Eropa yang dikembangkan oleh seseorang yang bernama Calvin, saat itu muncul ajaran yang menyatakan seseorang pada intinya sudah ditakdirkan untuk masuk surga atau neraka, untuk mengetahui apakah ia masuk surga atau neraka dapat diukur melalui keberhasilan kerjanya di dunia. Ukuran sukses dunia juga merupakan ukuran bagi sukses di akhirat. Sehingga hal ini mendorong suatu semangat kerja yang tinggi di kalangan pengikut Calvinis. Ukuran sukses dan ukuran gagal bagi individu akan dilihat dengan ukuran yang tampak nyata dalam aktivitas sosial ekonominya.

Freeport dan Perempuan Timika

November 27, 2012


Tragedi di Timika bukan hanya sebuah drama perebutan sumber daya alam (SDA) biasa. Masuknya PT Freeport Indonesia membawa malapetaka yang berkepanjangan bagi masyarakat Timika. Pasalnya, terjadi eksploitasi besar-besaran terhadap SDA dan masyarakatnya. Alhasil, perusakan alam pun tidak dapat dihindari. Hal itu berdampak buruk bagi kehidupan masyarakat, khususnya perempuan di wilayah tersebut.
Rusaknya alam dan pencemaran manyebabkan penduduk sulit mendapatkan air bersih dan sumber makanan. Situasi ini membuat perempuan harus bekerja labih ekstra untuk dapat memperoleh bahan-bahan makanan. Mangapa harus perempuan? Karena, perempuan lekat dengan citra dapur, sumur, dan kasur. Jadi, mau tidak mau perempuan mengemban tugas tersebut. Apalagi secara tradisi posisi laki-laki di Timika lebih kuat dibandingkan perempuan, karena sistem kekerabatan di sana menggunakan sistem patrilineal. Selain itu, pimpinan-pimpinan suku asli adalah laki-laki. Perempuan tidak diperkenankan ada dalam pusaran wilayah publik. Gereja pun memperkuat posisi tersebut. Ini merupakan potret marginalisasi perempuan dalam nagara, masyarakat, gereja, dan keluarga.

Dinamika Kebijakan Program KB


Ada banyak persepsi masyarakat mengenai program Keluarga Berencana (KB) yang mulai disosialisasikan sejak era kepemimpinan Soeharto. Berbagai pandangan ini tidak dapat digeneralisir memiliki persamaan berdasarkan latar belakang kelas sosial maupun status generasi. Misalnya, masyarakat kelas sosial menengah ke bawah dari generasi tua relatif tidak menggunakan KB karena memiliki pola pikir “banyak anak, banyak rezeki”. Sedangkan masyarakat kelas menengah ke atas dari generasi muda sangat menjunjung tinggi program catur keluarga ini.

Ada pula persepsi yang muncul berdasarkan penafsiran agama tertentu serta perbedaan pola pikir masyarakat desa yang tradisional dan masyarakat kota yang relatif  modern. Golongan muslim tertentu meyakini bahwa KB melanggar nilai-nilai agama, sedangkan masyarakat desa yang tradisional masih dianggap memiliki pandangan bahwa anak akan membawa berkah yang melimpah, sebabnya dengan memiliki banyak anak maka rezeki pun akan membanjiri mereka, tanpa melihat kondisi sosial-ekonomi yang dialami.

PENDIDIKAN DALAM MENGUPAYAKAN MOBILITAS SOSIAL

November 26, 2012


Pada hakekatnya pendidikan merupakan sarana penghubung yang mengantarkan peserta didik menuju pada kesadaran sosial yang lebih tinggi dari sebelum seseorang mengenyam pendidikan. Namun dalam perjalanannya, pendidikan kerap dijadikan pemisah peserta didik dari kehidupan sosialnya. Hal ini terjadi karena pendidikan yang diberikan bukan lagi berbasis akan realitas masyarakat. Akan tetapi lebih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar. Sehingga setelah mengenyam pendidikan, peserta didik tidak peka terhadap realita sosial yang ada di sekitarnya, justru mereka akan menghilang dari realitas sosial.

Orientasi pendidikan tampaknya harus dirubah, agar pendidikan dapat memainkan perannya sebagai motor penggerak mobilitas sosial. Sebab, pendidikan sebagai pembentuk intelektual peserta didiknya merupakan faktor yang sangat penting dalam perubahan yang terjadi di masyarakat. Bahkan boleh dikatakan, perubahan dalam masyarakat tergantung pada pendidikan seperti apa yang dikonsumsi oleh peserta didik.

Mobilitas sebagai salah satu indikator bahwa masyarakat kita mengalami kemajuan atau tidak cukup pantas kiranya dijadikan sebuah orientasi dari pendidikan. Sebab, tanpa adanya mobilitas sosial masyarakat tidak mungkin untuk mencapai kesejahteraan. Dari sedikit gambaran di atas, maka makalah ini akan membahas tentang peranan pendidikan dalam mengupayakan mobilitas sosial.

The Present State of The Debate on World Inequality

November 20, 2012

» Wallerstein melihat teori dependensi sebagai bagian dari sistem dunia dalam perspektif lebih luas. Ia berpendapat bahwa semua negara merupakan bagian dari ekonomi dunia kapitalis. Kekayaan merupakan hasil alamiah dari fundamental proses ekonomi. Menurut perspektif ini, kesenjangan antara kaya dan miskin pada akhirnya akan lenyap jika sistem kapitalis dunia menghilang.
» Ideologi ini memiliki berbagai tingkatan keberhasilan dari waktu ke waktu. Sejarah dunia adalah salah satu dari serangkaian hubungan pemberontakan melawan ketidaksetaraan.
» Dalam konteks pertanyaan tentang kesetaraan, evolusi diartikan sebagai proses yang bergerak dari yang tidak sempurna, keseimbangan hak-hak istimewa dan alokasi sumber daya. Ada banyak perdebatan tentang cara menetapkan kesetaraan.
» Sistem ekonomi yang ditawarkan dari waktu ke waktu harapan aproksimasi “kesetaraan” melalui jalan yang mengarah “pembangunan ekonomi” atau kadang-kadang hanya “pembangunan”.
» Dilihat dari sudut pandang "perspektif sistem dunia", istilah itu didasarkan pada asumsi, secara eksplisit maupun implisit, bahwa dunia modern terdiri dari satu ekonomi dunia kapitalis. Sejarah yang telah muncul sejak abad keenam belas dan yang masih ada saat ini.

DILEMA PENDIDIKAN DAN PENGANGGURAN: PENGANGGURAN TERDIDIK TEREKSKLUSI



Abstrak
Dalam dunia pendidikan, masalah terbesar di Indonesia yang harus menjadi prioritas penyelesaian adalah kualitas dan mutu. Artinya, kualitas sistem dan metode pendidikan, tenaga pendidik, kesejahteraan tenaga pendidik, metode mengajar, dan infrastrukturnya harus ditingkatkan. Namun, ada satu hal yang perlu dicermati, yakni peningkatan kualitas pendidikan adalah sebagai titik penentu yang mempertinggi kesempatan orang-orang terdidik memperoleh pekerjaan. Hal tersebut bertujuan supaya dapat mengurangi angka pengangguran terdidik di Indonesia dan menekan laju pertumbuhan masyarakat tereksklusi.

Pengagguran 
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.[1] Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan orang-orang di sekitarnya.
Terdapat beberapa jenis pengangguran. Pertama, pengangguran friksional, yakni pengangguran yang sifatnya sementara. Pengangguran ini disebabkan karena adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerna penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.
Kedua, pengangguran musiman, adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus menganggur. Contohnya seperti petani yang menanti musim tanam, tukan jualan duren yang menanti musim durian. Ketiga, pengangguran siklikal, pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.[2] Namun, pada umumnya pengangguran disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya.

Jendela Savana

November 18, 2012


Senja di Sebuah Kampung

Pagi, namun matahari belum tampak. Suasana dingin malam masih tertinggal. Angin berhembus lebut menyapu rambut seorang gadis yang berdiri di tengah savana, mengibas searah dengan rerumput yang bergoyang. Gadis itu tampak tenang, ia membuka jaketnya sebelum melepaskan alas kaki. Seperti tak merasa kedinginan, ia sama sekali tak bergeming ketika kakinya menginjak rumput yang basah karena embun. Ia mulai berjalan dengan langkah kecil, tetap tenang dan anggun. Perlahan direntangkan kedua tangannya seolah ingin memeluk sesuatu. Menghirup napas seperti menikmati aroma kopi yang baru diseduh. Ia terlihat sangat bahagia menjadi perempuan penyendiri yang suka menikmati pagi.

“Milka! Milka! Mil…….ka….!” suara seorang pria berhamburan di padang yang luas itu.

Ya, tentu saja si pria memanggil perempuan penyendiri itu. Milka mendengar, namun ia mengabaikan. Sampai akhirnya sesosok pria tinggi menarik tangannya yang sedang merentang.

Dinamika Sosialisasi Ber-KB*

Foto dengan Informan

Program keluarga berencana (KB) digulirkan sebagai Program Nasional pada 29 Juni 1970. Di Indonesia, KB dicanangkan untuk mengatasi masalah kepadatan penduduk. Pemuka agama dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) turut berpartisipasi dalam penyelenggaraan program tersebut. Meski didukung banyak pihak, KB tidak terlepas dari pro-kontra. Pasalnya, KB dianggap bertentangan dengan kepercayaan masyarakat setempat. Selama ini masyarakat telah menganut kepercayaan ‘banyak anak banyak rejeki’, sehingga untuk meluruhkan kepercayaan tersebut bukanlah hal yang mudah, karena sebagian besar dari mereka menganggap kalimat itu bukan sekedar jargon, melainkan sudah menjadi bagian dari budaya.
Program ini diperkenalkan pada masyarakat dengan metode ‘dor to dor’ atau disebut juga sebagai KB keliling. Satu kali dalam sebulan petugas KB menyambangi rumah penduduk di berbagai wilayah, salah satunya kampung Ciwaru, Bayah Barat, Banten. Metode sosialisasi yang digunakan pada masa orde baru cenderung represif. Warga didatangi beberapa petugas KB untuk disuntik tanpa ada penjelasan sebelumnya, jika menolak, mereka akan dipaksa. Bahkan, mereka tidak diberi pilihan untuk menentukan KB jenis apa yang mereka inginkan. Pada masa itu, jarum suntik masih dianggap sebagai benda yang menakutkan, terbukti ketika petugas KB datang menghampiri, sebagian besar warga akan berlari ke pantai yang tidak jauh dari pemukiman mereka untuk bersembunyi.

Gerakan Keagamaan

November 02, 2012


Agama lahir untuk manciptakan manusia beradab. Agama sebagai sistem nilai tersebut memberi kejelasan kepada manusia tentang apa yang baik dan buruk, yang mendasari seluruh kegiatannya dalam menciptakan peradaban. Namun, perlu diperhatikan bahwa agama yang ada di bumi tidak hanya satu melainkan terdiri dari berbagai agama yang masing-masing mengklaim ajarannya paling benar. Pengklaiman semacam itu sebenarnya wajar dan menjadi hak penganutnya, akan tetapi jika tidak diletakan pada posisi yang proposional akan menimbulkan konflik. Apalagi jika sampai menafikan eksistensi agama lain.
Agama sebagai pedoman dasar kehidupan umat manusia, maka seharusnya agama dapat menjadi tempat yang jauh dari persoalaan-persoalan rumit duniawi dan menjadi penyelamat bagi umatnya. Namun pada kenyataannya, banyak persoalan yang menyangkut keagamaan yang sebenarnya muncul bukan karena agama itu sendiri, melainkan muncul dari penganutnya. Penganut agama saat ini bukan lagi menjadi pengikut Tuhan mereka, melainkan menjadi penghancur agama itu sendiri.
Peristiwa tersebut merupakan persoalan krusial yang dihadapi komunitas beragama kontemporer. Di Indonesia, kemunculan lembaga-lembaga agama yang anarkis kerap memicu konflik internal antarpenganut agama. Peristiwa konflik organisasi keagamaan dilataribelakangi oleh kemunculan sekte, mazhab, atau aliran agama.

Mitos Kecantikan: Produk Patriarki Mendiskriminasi


Pendahuluan

Pada mulanya adalah konstruksi sosial. Apa yang didefinisikan sebagai cantik, modern, dan beradab ditentukan lewat konstruksi sosial. Kepentingan bisnis tentu saja turut menumpang di dalamnya. Siapa yang tidak tahu tentang kecantikan? Semua orang pasti tahu, terutama para perempuan yang selalu diidentikan dengan kata cantik. Sejak zaman dahulu, perempuan sudah dikonstruksikan sebagai makhluk yang cantik, identik dengan keindahan. Meskipun kecantikan selalu dikaitkan dengan perempuan, namun laki-laki turut andil dalam merekonstruksi kecantikan. Konon, kecantikan dianggap sebagai anugerah terindah bagi perempuan. Karena, kecantikan seperti magnet yang mampu menarik perhatian banyak orang.
Selain itu, banyak kisah yang menuturkan kecantikan sebagai penghancur laki-laki, keagungan dan kekuasaan laki-laki dapat jatuh di bawah kakinya. Tidak heran jika dalam mitologi kuno dilukiskan pengaruh seorang perempuan cantik yang mampu membuat laki-laki bersedia berkorban dan melakukan apa saja demi mendapatkan perempuan cantik tersebut. Kisah Julius Cesar dan Cleopatra, Rama dan Shinta, perebutan perempuan cantik antara Qabil dan Habil, perselisihan antara Epimetheus dan Prometheus demi memperebutkan Pandora yang cantik, merupakan beberapa kisah yang berpartisipasi dalam pembentukan mitos kecantikan yang sampai saat ini masih diagung-agungkan. Mitos ini telah berlaku sepanjang sejarah perempuan, sehingga kecantikan dipandang sebagai sesuatu yang objektif dan universal.
Perempuan ingin memiliki kecantikan, dan laki-laki pasti ingin memiliki perempuan yang cantik. Tekanan yang muncul akibat anggapan ini dirasakan oleh perempaun. Perempuan merasa sakit, malu dan sedih karena mitos kecantikan. Hal ini memunculkan rasa cemburu atau iri. Akhirnya, mereka menderita karena persaingan antarsesama. Tidak mengherankan jika saat ini banyak perempuan yang berbondong-bondong menyulap dirinya menjadi “cantik”.

Mata Hari*



Pernahkah kau bertemu dengan seseorang yang begitu mudah untuk dicintai? Pada hari-hariku yang lalu, aku bertemu seorang gadis. Mungkin bila aku menceritakan bagaimana dia telah memesona, kau takkan mempercayaiku. Tapi tak apa, memang sulit mempercayai bagaimana sebuah keindahan surgawi bisa menyentuh bumi yang kian renta ini.

Aku, Mahameru, seorang pecinta keindahan. Semua keindahan di muka bumi ini takkan luput dari kekagumanku. Semuanya, sebutlah kanvas tua Monalisa, syair-syair romantis Shakespeare, renungan cinta Khalil Gibran, ataupun tarian kata ekstase-nya Rumi. Dan ratusan malam yang kuhabiskan bersimpuh dibalik gaun para gadis secantik Cleopatra ataupun seindah Aphrodite, yang menemaniku di atas peraduan.

Namun entah sejak kapan, aku mulai membuang jauh kekagumanku itu. Aku tak lagi mampu merasakan yang dulu pernah kurasakan. Aku melihat keindahan seperti sebuah topeng yang menutupi sebuah wajah yang menakutkan. Aku melihat keindahan seperti sehelai sutera yang menutupi sekujur tubuh penuh luka dan nanah. Aku tak lagi bisa menengadahkan wajahku menatap matahari, karena sengatan sinarnya telah menghanguskan kulitku dan mengeringkan bola mataku.

Aku menjadi pemuja keindahan yang memalingkan wajah setiap berpapasan dengan senja yang begitu indah. Yang menutup telinga setiap mendengar alunan merdu dari biola sang maestro. Yang memejamkan mata setiap kali gadis-gadis cantik dengan busana yang indah melambaikan tangan padaku.

ARTI LIRIK LAGU ITSUMO NANDO DEMO (KIMURA YUMI)


Ia memanggil dari lubuk hati yang terdalam
Kuingin selalu memimpikan mimpi yang indah
Kesedihan tak akan pernah terhitung banyaknya
Tapi kuyakin akan bertemu engkau di seberang
Setiap waktu manusia selalu mengulang kesalahan
Mereka kenali birunya langit
Sepertinya jalan tak akan berujung
Tapi tangan-tangan ini dapat menemukan cahaya
Hati yang sepi di kala berpisah

Pendidikan Berorientasi Nilai: Penyalahgunaan Lembar Kerja Siswa (LKS)

November 01, 2012

Pendidikan sering dikatakan sebagai aset yang sangat berharga. Karena, pendidikan diyakini sebagai tombak untuk memberantas kebodohan. Untuk itu, pendidikan tetap bertahan hingga saat ini. Namun, muncul pula anggapan yang sangat kontras, tak jarang masyarakat yang menyatakan pendidikan adalah barang mahal dan mewah, tak semua penduduk Indonesia bisa menikmati barang mewah tersebut. Anggapan negatif tersebut muncul karena pendidikan telah melenceng jauh dari cita-cita idealnya sebagai wahana pembebasan dan pemberdayaan.
Sekolah merupakan salah satu institusi pendidikan yang sangat berperan besar dalam pencapaian cita-cita pendidikan. Namun sayangnya, sekolah hanya dijadikan institusionalisasi nilai. Salah satu bukti nyata adalah dengan diberlakukannya penggunaan LKS di sekolah.
Lembar kerja siswa (LKS) adalah bagian pokok dari suatu modul yang berisi tujuan umum topik yang dibahas dan disertai soal latihan atau instruksi praktik bagi siswa. LKS digunakan untuk menuntun siswa belajar mandiri dan dapat menarik kesimpulan pokok bahasan yang diajarkan. Penyajian bahan pelajaran umumnya dapat mendorong siswa mengembangkan kreativitas dalam belajar. Dengan demikian, siswa diharapkan  mampu mendorong siswa secara aktif mengembangkan dan menerapkan kemampuannya.
LKS yang baik harus memenuhi persyaratan konstruksi dan didaktik. Persyaratan konstruksi tersebut meliputi syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran dan kejelasan yang pada hakekatnya haruslah dapat dimengerti oleh pihak pengguna LKS yaitu peserta didik, sedangkan syarat didaktif artinya bahwa LKS tersebut haruslah memenuhi asas-asas yang efektif.
 
Design by Pocket