Dinamika Sosialisasi Ber-KB*

November 18, 2012

Foto dengan Informan

Program keluarga berencana (KB) digulirkan sebagai Program Nasional pada 29 Juni 1970. Di Indonesia, KB dicanangkan untuk mengatasi masalah kepadatan penduduk. Pemuka agama dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) turut berpartisipasi dalam penyelenggaraan program tersebut. Meski didukung banyak pihak, KB tidak terlepas dari pro-kontra. Pasalnya, KB dianggap bertentangan dengan kepercayaan masyarakat setempat. Selama ini masyarakat telah menganut kepercayaan ‘banyak anak banyak rejeki’, sehingga untuk meluruhkan kepercayaan tersebut bukanlah hal yang mudah, karena sebagian besar dari mereka menganggap kalimat itu bukan sekedar jargon, melainkan sudah menjadi bagian dari budaya.
Program ini diperkenalkan pada masyarakat dengan metode ‘dor to dor’ atau disebut juga sebagai KB keliling. Satu kali dalam sebulan petugas KB menyambangi rumah penduduk di berbagai wilayah, salah satunya kampung Ciwaru, Bayah Barat, Banten. Metode sosialisasi yang digunakan pada masa orde baru cenderung represif. Warga didatangi beberapa petugas KB untuk disuntik tanpa ada penjelasan sebelumnya, jika menolak, mereka akan dipaksa. Bahkan, mereka tidak diberi pilihan untuk menentukan KB jenis apa yang mereka inginkan. Pada masa itu, jarum suntik masih dianggap sebagai benda yang menakutkan, terbukti ketika petugas KB datang menghampiri, sebagian besar warga akan berlari ke pantai yang tidak jauh dari pemukiman mereka untuk bersembunyi.
Posyandu Bayah Barat
Namun, saat ini, sosialisasi program KB di kampung tersebut telah berubah dari represif menjadi persuasif. Selain itu, motode ‘dor to dor’ sudah tidak diberlakukan lagi. Kini, warga yang ingin ber-KB datang ke puskesmas atau posyandu tanpa ada paksaan, mereka pun dapat memilih jenis KB yang mereka inginkan. Pengaruh metode yang digunakan dalam penyosialisasian program KB sangat berpengaruh besar terhadap perilaku kolektif masyarakat. Sosialisasi yang dilakukan secara represif membuat warga tidak tertarik (bahkan takut) dengan program KB. Sedangkan metode persuasif ternyata mampu membentuk pola pikir positif warga tentang program itu yang kemudian dapat mereka terima. Dinamika sosialisasi ber-KB ternyata berjalan sesuai masanya, orde baru dan reformasi yang jelas berbeeda.




*Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa warga kampung Ciwaru, Bayah Barat.
 
Design by Pocket