Industrialisme dan Budaya Massa

Desember 14, 2012



Industrialisasi mengalami peningkatan pada skala perubahan hubungan antara budaya dengan sosial. Hal tersebut diperluas dengan melihat perubahan dramatis mengenai bagaimana manusia menjalankan hidupnya. Segala aspek mempengaruhi pola perubahan, termasuk pada pola konsumtif. Masyarakat memiliki keinginan untuk memenuhi kebutuhan sesuai tuntutan waktu. Untuk memenuhi hasrat konsumtif masyarakat, industri menyediakan pilihan-pilihan untuk dikonsumsi.

Perubahan pada pola konsumtif masyarakat membentuk kebudayaan. Kebudayaan tersebut terikat pada industri massal masyarakat dan globalisasinya. Partisipasi budaya juga berperan dalam perubahan pola konsumtif, karena budaya menjadikannya lebih bervariasi. Pola konsumtif yang dibentuk oleh industrialisasi membawa masyarakat pada praktek-praktek komersial baru. Pola konsumtif berubah pada waktu yang berbeda dan untuk orang yang berbeda pula. Dalam perubahannya, dengan revolusi industri orang-orang mulai membeli barang di pasar dan mereka sebelumnya memproduksi untuk mereka sendiri atau bahkan tidak melakukannya.


Sebelum industrialisasi masyarakat menggunakan barang untuk mengekspresikan status mereka (status yang mereka inginkan). Namun kini, masyarakat dipersatukan oleh gaya yang berbeda mengenai konsumsi untuk mengekspresikan variasi hal-hal mengenai diri mereka sendiri. Perubahan itu terjadi karena industrialisasi yang selalu memenuhi kebutuhan masyarakat, sehingga masyarakat menjadi bergantung pada industri. Hal tersebut membuat industri berkembang, karena industri dituntut oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan.

Munculnya industrialisasi memancing tumbuhnya pendistribusian barang. Dengan adanya revolusi industri, institusi sosial dari distribusi mengalami perubahan. Seperti munculnya cara penjualan dan cara penyaluran barang yang baru. Keduanya merefleksikan sebuah etika baru dalam melakukan konsumsi, dalam hal ini peran iklan dimainkan untuk menembus masyarakat modern. Semua itu muncul dengan tujuan untuk mempertahankan budaya konsumtif dari masyarakat modern. Seperti pasar swalayan, secara keseluruhan para pemilik dan para pengelola terlihat menciptakan “istana konsumsi” yang akan memedulikan dua hal, yaitu rasa dari kaum borjuis dan mendefinisikan rasa tersebut dalam proses. Pasar swalayan melakukan cara pendefinisian gaya mewah dalam kehidupan, mereka menciptakan kebutuhan baru dan menyugesti bagaimana kebutuhan-kebutuhan tersebut dipuaskan. Dengan sistem manajemen yang seperti itu, maka dapat dikatakan bahwa pasar swalayan merupakan bagian dari industrialisasi yang meninabobokan masyarakat dalam perilaku konsumtif. Konsumsi menjadi sebuah cara dalam mengekspresikan lebih dari status (status yang diinginkan), ini juga mengekspresikan perilaku seseorang terhadap budaya dominan kaum borjuis. Berbagai cara digunakan untuk memeriodisasikan pengembangan konsumsi, sampai melupakan sisi manusiawi.

Industrialisasi mengalami peningkatan dalam jumlah dan variasi barang yang tersedia di pasar. Inovasi pun banyak menawarkan kesempatan-kesempatan baru untuk konsumsi. Inovasi-inovasi tersebut diharapkan mampu menarik orang untuk menginginkan barang yang ditawarkan oleh pasar, salah satu bentuk inovasi tersebut adalah iklan. Industrialisasi tidak dapat dipisahkan oleh periklanan. Kerena, periklanan berkontribusi pada sebuah nilai yang mengalami pergeseran, seperti pergeseran perilaku konsumtif. Periklanan adalah sebuah bagian yang dapat menembus budaya modern. Bahkan ada beberapa penulis yang mengatakan bahwa, periklanan sebagai alat promosi pada ketersediaan pilihan barang dan produk yang lebih luas. Produsen kapitalis memanipulasi dan mengontrol masyarakat. Selain itu, para produsen mengembangkan sebuah pemasaran gabungan yang meliputi panjualan langsung dan promosi, dimana pelanggan menerima keuntungan materi dalam pembelian produk. Secara aktual, periklanan menyediakan informasi untuk membantu konsumen dalam membuat keputusan untuk melakukan pilihan. Banyak pelanggan yang tidak terlindung dari serangan iklan. Masyarakat dibuat mudah untuk tertarik oleh daya tarik fasis yang dimunculkan dalam periklanan yang dimanipulasi. Terkadang, masyarakat sengaja menjadikan iklan sebagai alasan utama untuk melakukan konsumsi. Sehingga, para pengikalan mampu merampas nilai-nilai budaya, dan menggunakannya sebagai cara kapitalis untuk menjual barang.

Revolusi konsumen secara khusus harus dipahami sebagai signifikasi dari kelas dan gender. Secara keseluruhan, para produsen bergantung untuk kehidupan mereka pada kemampuan masyarakat untuk membeli barang-barang yang mereka produksi. Semenjak revolusi industri menjadi aktivitas seseorang dalam setimga keluarga, para wanita tidak dipekerjakan di luar rumah secara meningkat menemukan bahwa konsumsi menjadi hal yang definitif sebagai kerja mereka. Dalam reproduksi keluarga, pekerjaan wanita menjadi lebih melibatkan aktivitas konsumsi. Jika dilihat dari kacamata sosiologi mengenai kelas dan gender, perubahan sejarah dari rumah tangga tradisional yang tipikal-ideal menjadi konsumen tipikal-ideal yang memiliki keseragaman berubah sangat lambat. Hal ini akan menyebabkan populasi menjadi seragam.

Beberapa pendapat menyatakan bahwa perubahan budaya masyarakat memiliki percabangan yang lebih luas untuk masyarakat dan cara individu menyatakan sebuah rasa yang mereka miliki sendiri. Teknologi dan perubahan ekonomi manciptakan sebuah bentuk baru dari budaya material, hal itu juga membuat perubahan yang bergerak dalam konstitusi budaya yang dimiliki sendiri dan masyarakat. Dalam konteks ini terlihat jelas bahwa sebuah lintasan bergerak ke arah kapitalisme.
 
Design by Pocket