Prom Night dan Film

Oktober 10, 2012


Seolah menjadi kewajiban, sebagian besar siswa SMA rutin menyelenggarakan Prom Night. Bagi mereka, Prom Night merupakan bagian dari budaya, sehingga mereka merasa wajib untuk menyelenggarakannya, meski demikian, di mata mereka acara tersebut hanyalah acara perpisahan biasa yang dikemas dengan konsep mewah.
Pentingnya Prom Night bagi remaja juga tergambar dalam film berjudul Prom yang disutradarai oleh Joe Nussbaum. Film ini menceritakan tentang sebuah malam yang menyatukan segala jenis karakter siswa dari yang cantik, tampan, populer, pemalu, atlet, bahkan yang freak sekalipun, itulah Prom Night. Cerita berawal dari perjuangan seorang gadis yang menjabat sebagai Ketua Panitia Prom, bernama Nova, dalam mempersiapkan ulang acara Prom karena semua dekorasi Prom terbakar di gudang sekolah.
Dalam pengerjaannya ia ditinggalkan oleh panitia lainnya karena sudah mendekati persiapan untuk masuk ke perguruan tinggi. Ia hanya dibantu oleh Jesse, siswa rebel yang dihukum kerena kelakuannya yang buruk. Tiga minggu tersisa untuk menyiapkan segalanya membuat Nova mau menerima bantuan dari Jesse.
Film ini menonjolkan kemandirian dan kreativitas dalam mempersiapkan Prom, karena semua persiapan dilakukan oleh siswa, termasuk untuk mendekorasi. Suasana Prom dalam film ini digambarkan secara sederhana, karena hanya diadakan di aula sekolah dan tanpa makanan yang berlebihan, hanya snack dan minuman bersoda. Jauh berbeda dengan adaptasi Prom yang dilakukan di sekolah-sekolah Indonesia, di mana Prom diadakan di hotel mewah atau setidaknya di luar sekolah.
Film ini sangat lengkap dalam menjabarkan persiapan yang dilakukan oleh pelajar demi menghadiri Prom. Dari belanja gaun, menyiapkan Limousin[1] dan pastinya mencari pasangan kencan. Berbelanja gaun memang bukan hal yang remeh bagi para perempuan dalam film ini.
Nova harus mencoba belasan gaun hingga akhirnya ia mendapatkan gaun yang cocok. Mei juga harus membuang gaunnya karena menganggap itu tidak akan bagus terlihat di Prom. Bahkan Rachel, si gothic, pun harus mencari referensi gaun yang cocok untuk dipakainya saat prom. Itu beberapa scene yang mewakili rumitnya persiapan untuk menghadiri Prom.
Rumitnya Prom tidak hanya berkisar pada perempuan dan gaun, bagi para lelaki mendapatkan teman kencan lebih rumit daripada memilih tuksedo. Mengajak seseorang ke Prom tidak seperti mengajaknya kencan biasa saja. Ini acara spesial maka caranya pun harus istimewa. Layaknya lamaran untuk menikah, ada yang menuliskan ‘PROM?’ di tubuh, di panggung teater, di depan rumah si gadis bahkan menyiapkan makan malam istimewa. Kata ‘PROM?’ merupakan sebuah kata yang mewakili ajakan. Kata itu memiliki makna ‘apakah kamu mau ke Prom bersamaku?’. Semua itu demi mendapatkan jawaban ‘YES’ dari si gadis. Beginilah gambaran betapa pentingnya Prom bagi remaja Amerika.
Teman kencan merupakan sesuatu yang penting dalam Prom. Tanpa itu Prom kurang sempurna. Ini tergambar jelas dalam film, di mana pemeran utama, Nova, merasa kecewa ketika Brandon, pacarnya, mengajaknya datang bersama ke Prom hanya karena mereka sama-sama penitia. Kekecewaannya digambarkan dengan scene teriak sambil tengkurap di kasur untuk melepaskan stres. Nova hanya menangis saat mendapati kenyataan bahwa tidak ada teman kencan yang akan menemaninya ke Prom. Tidak hanya Nova, temannya yang pemalu, Lloyld, pun merasa frustasi lantaran ketika Prom semakin dekat ia tak juga mendapat teman kencan.
Tapi seperti kebanyakan film drama remaja lainnya, yang selalu menggambarkan kebahagiaan, film ini pun memiliki happy ending. Karena, dalam Prom semuanya harus bahagia. Llyold akhirnya mengajak adik tirinya untuk ke Prom, Nova pun bisa merasakan dansa terakhirnya di Prom bersama Jesse, Jesse yang pada awalnya menganggap remeh Prom akhirnya bisa memahami makna Prom sesungguhnya, kebahagiaan dalam kebersamaan.
Dari deskripsi singkat film Prom tersebut jelas terlihat bagaimana rumitnya Prom Night bagi para remaja Amerika. Meski rumit, mereka rela melakukannya demi mewujudkan Prom Night yang diidamkan. Tidak berbeda dengan remaja Amerika, remaja di Indonesia pun tak kalah rumit dalam mempersiapkan diri untuk Prom Night.



[1] Istilah Limousine (limosin) atau sedan mewah yang umumnya lebih panjang dari ukuran normal, berasal dari nama suatu wilayah pegunungan di Perancis yaitu Limousin.
 
Design by Pocket