Menelisik “Kawasan Hitam”

Agustus 02, 2012


Oleh: Azka Addina*

Tidak jauh dari tempat saya tinggal, terdapat sebuah wilayah yang dikenal sebagai Kawasan Hitam, yaitu Tanjung Priok. Disebut sebagai Kawasan Hitam karena banyaknya kejahatan yang terjadi di sana. Di Tanjung Priok terdapat pelabuhan yang merupakan pelabuhan internasional sehingga banyak kawasan pergudangan. Tidak sedikit orang yang terlibat kriminal seperti pembunuhan atau perampokan memilih gudang-gudang tersebut sebagai tempat persembunyian. 

Tantangan hidup yang keras -dalam artian mencari penghidupan dari kerja kasar sebagai buruh pelabuhan- membuat wilayah ini menjadi rawan kejahatan. Mayoritas masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut berasal dari Madura, Bugis dan Banten. Mereka memiliki watak yang keras karena berasal dari daerah pesisir. Tapi, tidak semua orang yang tinggal di sana memiliki watak keras.

Sebenarnya tidak semua wilayah di Tanjung Priok merupakan Kawasan Hitam, hanya ada beberapa tempat yang benar-benar disebut Kawasan Hitam, yakni Folker yang ditempati oleh kebanyakan orang Madura kelas bawah, Cilincing, Kalibaru dan Rawa Badak yang mayoritas penduduknya berasal dari etnis Bugis (Makassar) dan Banten.

Kasus yang belum lama terjadi adalah kasus penggusuran makam Mbah Priok. Dalam kasus tersebut terjadi bentrokan antara Satpol PP dengan warga Koja yang menolak penggusuran makam Mbah Priok. Mengapa demikian? Karena, makam Mbah Priok adalah makam yang dinobatkan sebagai makam kramat oleh sebagian besar masyarakat Tanjung Priok. Mbah Priok merupakan seorang ulama, masyarakat menyebutnya Habib. Kasus Mbah Priok merupakan satu dari banyak kasus yang terjadi di Tanjung Priok, seperti kasus aborsi, pencurian kendaraan dan sebagainya.

Orangtua saya pernah mengalami pencurian saat melintas di Kawasan Hitam tersebut. Modus yang digunakan adalah membohongi pengendara dengan mengatakan bahwa ban kendaraan yang ditumpangi kempis. Otomatis pengendara akan turun dari kendaraannya untuk memeriksa keadaan ban. Begitu pengendara mengecek keadaan ban, pelaku langsung membawa kabur barang yang ada di dalam kendaraan. Biasanya, pelaku menggunakan motor untuk melakukan aksinya, supaya bisa kabur dengan mudah.

Akan tetapi, yang paling terkenal dari semua kejahatan tersebut adalah “Bajing Loncat”. Bajing Loncat adalah pencurian barang-barang di atas truk terbuka dan truk yang di tutup terpal. Mereka mencuri apa saja yang bisa diambil dari truk tersebut. Pelakunya mulai dari remaja hingga orang dewasa.

Itulah beberapa contoh kejahatan yang terjadi di Kawasan Hitam. Kejahatan yang terjadi di wilayah Tanjung Priok sebagian besar disebabkan oleh pengangguran dan kemiskinan. Seandainya pemerintah bisa memberikan pelatihan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di wilayah Tanjung Priok dan membuka lapangan pekerjaan lebih banyak lagi, kemungkinan kejahatan di Tanjung Priok bisa diminimalisir. Dengan begitu, akan tercipta lingkungan Tanjung Priok yang lebih baik dan jauh dari kesan Kawasan Hitam.

*Siswa SMA Labschool Jakarta
 
Design by Pocket