Anak Jalanan, Anak Siapa?

Agustus 02, 2012


Oleh: Putri Cantika Reviera*

                               
Semakin banyaknya jumlah anak jalanan menunjukkan bukan hanya kegagalan keluarga dan masyarakat, tapi juga negara.

Kehadiran anak jalanan tidak bisa dilepaskan dari keberadaan kota-kota besar. Anak jalanan merupakan fenomena kota besar di mana saja, tak terkecuali Jakarta. Kehidupan di Jakarta penuh dengan keglamouran. Namun, di lain sisi masih ada kehidupan yang memprihatinkan, yakni kehidupan anak jalanan. Anak jalanan adalah seseorang yang masih belum dewasa (secara fisik dan psikis) yang menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan dengan melakukan kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan uang guna mempertahankan hidupnya yang terkadang mendapat tekanan fisik atau mental dari lingkungannya. Umumnya mereka berasal dari keluarga yang ekonominya lemah. Anak jalanan tumbuh dan berkembang dengan latar kehidupan jalanan dan akrab dengan kemiskinan, penganiayaan, dan hilangnya kasih sayang, sehingga membuatnya berperilaku negatif.

Di setiap sudut-sudut kota terlihat begitu banyak anak jalanan yang berusaha untuk mempertahankan hidupnya di kota metropolitan ini. Contohnya, di wilayah Jakarta Timur, tepatnya di sekitar Jalan Radin Inten, Jalan I Gusti Ngurah Rai, Duren Sawit dan Buaran. Di sana terlihat sekali banyaknya anak jalanan yang sedang mengais rupiah. Setiap hari, tempat-tempat tersebut tidak pernah kosong dari anak jalanan. Di setiap waktu, dari pagi hingga malam hari mereka tetap berada di sana. Anak-anak tersebut mengemis-ngemis di jalan, mereka berumur 3 sampai 14 tahun.

Di konsep sosiologi dikenal istilah penyimpangan sosial. Hal tersebut dapat terjadi pada kehidupan anak-anak jalanan. Belum lama ini, terjadi sebuah kasus sodomi yang dilakukan oleh Baekuni alias Babeh. Ia menyodomi anak-anak jalanan. Bila korbannya menolak, ia tidak segan-segan membunuh, kemudian memutilasi untuk menghilangkan korban dan jejak pembunuh. Hal ini membuktikan bahwa  dalam kehidupan anak-anak jalanan sangat rentan dengan penyimpangan sosial. Penyimpangan sosial semacam itu telah melanggar batas norma hukum, juga agama.

Kasus kekerasan (fisik, psikologis, maupun seksual) yang dialami anak jalanan hingga terungkap ke publik hanya sedikit dari banyak kasus-kasus kekerasan yang sebenarnya sering terjadi di dalam kehidupan mereka. Oleh karena itu, tidaklah terlalu berlebihan jika dikatakan bahwa anak jalanan senantiasa berada dalam situasi yang mengancam perkembangan fisik, mental dan sosial bahkan nyawa mereka. Dalam situasi kekerasan yang dihadapi secara terus-menerus, maka pelajaran itulah yang melekat dalam diri anak jalanan dan membentuk kepribadian mereka.

Permasalah anak jalanan merupakan tugas pemerintah yang tak kunjung terselesaikan. Pemerintah bertanggung jawab atas kehidupan mereka. Namun yang terjadi, bukan mengatasi permasalahan anak jalanan, pemerintah justru memberantas mereka dengan cara-cara yang tidak manusiawi. Peran dan kebijakan-kebijakan pemerintah seharusnya tidak sebatas merazia dan menangkap anak-anak jalanan, tetapi bagaimana supaya mereka tidak kembali lagi ke jalanan dan menikmati pendidikan tanpa harus merasakan kehidupan jalanan.

Penanganan terhadap anak-anak jalanan ini harus bersifat terpadu, tidak hanya melibatkan anak itu sendiri, tapi juga keluarga, dan masyarakat (termasuk lembaga pemerintah dan negara). Sangatlah sulit memberdayakan anak-anak itu untuk kembali ke masyarakat karena mereka telah terbiasa hidup dengan norma-norma mereka sendiri, yang kadang kala tidak sesuai atau bahkan bertabrakan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Akan lebih sulit lagi apabila mereka sama sekali sudah terlepas dari orang tua atau keluarga. Pemberdayaan juga perlu dilakukan terhadap masyarakat untuk bersedia menerima anak-anak itu sebagai bagian dari masyarakat itu sendiri. Banyak masyarakat yang bersikap apriori terhadap anak-anak jalanan ini. Mereka mengganggap anak-anak itu sebagai sumber gangguan dan kegaduhan, yang perlu disingkirkan jauh-jauh dari mereka.

*Siswa SMA Labschool Jakarta
 
Design by Pocket