Di Balik Kehidupan “Ababil”

Agustus 02, 2012

Oleh: Krishanti Andarin*

Semua orang pernah mengalami masa remaja. Beberapa orang memiliki masa remaja yang sangat indah. Akan tetapi, ada juga yang memiliki masa remaja yang kelam. Hal ini dapat terjadi akibat beberapa hal, bisa karena faktor keluarga ataupun pergaulan. Faktor yang dapat membuat si remaja menjadi frustasi dan mencoba hal-hal baru yang menurutnya dapat membuat dirinya nyaman dan melupakan masalah yang sedang ia hadapi.

Menurut penulis, masa remaja adalah masa seorang individu mengalami peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa, dan pada saat itu seseorang mengalami perubahan, baik secara fisik maupun psikis. Umumnya remaja yang sedang dalam tahap ini dikatakan sebagai ABG (Anak Baru Gede) labil atau Ababil. Tahap ini dilalui semua orang, namun prosesnya berbeda, tergantung pada masing-masing individu.

Oleh karena itu, penulis ingin membahas perubahan psikologis yang disebabkan oleh faktor sosiologis. Bagi kebanyakan orang tua, perubahan psikologis seorang remaja lebih dianggap negatif. Meskipun belum tentu perubahan tersebut negatif. Kalaupun memang negatif, pasti ada faktor yang memlatarbelakanginya. Penulis mulai dari kebiasaan negatif yang hampir pernah dilakukan oleh semua remaja, yakni menyontek. Untuk urusan menyontek, kebanyakan dari para remaja pasti telah memiliki berbagai cara andalan dalam melakukan aksinya.

Ada alasan yang cukup logis kenapa remaja mencontek. Menurut penulis, tekanan yang diberikan orangtua, yang mendesak anaknya untuk masuk jurusan IPA, untuk selalu menjadi juara, baik di kelas maupun di luar kelas, ini adalah faktor penting yang menyebabkan remaja menyontek. Para orangtua memberikan target tinggi yang harus dicapai oleh anaknya, karena menurut mereka pelajaran-pelajaran yang ada sekarang sama mudahnya dengan pelajaran pada saat mereka muda. Tetapi mereka salah, saat ini pelajaran sudah semakin diperdalam dan dipersulit oleh kurikulum yang ada.

Seharusnya para orangtua memberikan dukungan yang terbaik pada anak-anaknya. Bukan malah memberikan target atau bisa dikatakan “tekanan” yang tinggi yang mungkin secara sadar atau tidak sadar dapat membuat anak stress. Merasa tidak mampu mengejar target, membuat anak lebih memilih menyontek. Inilah salah satu penyebab banyaknya pelajar menyontek. Selain itu, jika remaja yang merasa tertekan mereka akan mencoba berbagai cara untuk berkelakuan brutal, seperti merokok, meminum minuman keras, memakai narkoba, atau yang lebih parah lagi adalah seks bebas.

Kehidupan remaja memang menyenangkan, namun itu relatif. Hal itu kembali lagi pada diri masing-masing. Dalam hal ini, introspeksi diri sangat diperlukan, supaya kita dapat menjadi individu yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Selain itu, seharusnya orang tua memberikan motivasi sebaik mungkin dan tidak memberikan tekanan pada anak-anaknya. Biarkanlah anak-anak berkembang sesuai minat dan bakatnya, tanpa paksaan dari orang tua. Untuk menanggulangi masalah ini, sangat dianjurkan agar tidak menggunakan kekerasan. Karena, menurut penulis cara seperti itu useless. Cara terbaik untuk dilakukan adalah dengan melakukan bimbingan konseling dan membangun komunikasi positif. Bisa dimulai dari orangtua, guru di sekolah, atau teman.

*Siswa SMA Labschool Jakarta 
 
Design by Pocket