Taman Monas: Ruang "Terbuka" Publik

Agustus 24, 2010

Taman Monas merupakan sebuah hutan kota yang dirancang dengan taman yang indah. Taman ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Taman Monas merupakan RTH yang paling eksis. Hal ini terlihat dari banyaknya jumlah pengunjung yang datang. Selain karena Monas sebagai salah satu ikon kota Jakarta, Monas juga memiliki taman yang indah. Maka, tak jarang Monas dijadikan salah satu tujuan utama bagi orang-orang dari luar Jakarta yang ingin berekreasi.
Taman Monas dapat dijangkau dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum. Salah satu angkutan umum yang ada yaitu Trans Jakarta. Dari Halte Bus Trans Jakarta Harmoni naik bus jurusan Blok-M, harga tiket Rp 3.500,-. Lalu, turun di Halte Monumen Nasional, halte pemberhentian pertama dari Harmoni. Keluar dari halte, Tugu Monas sudah bisa terlihat dengan jelas.
Biasanya, di depan halte sudah ada delman yang siap menawarkan jasa untuk mengantar ke pintu masuk area Monas, tapi harga yang ditawarkan lumayan mahal, yaitu Rp.20.000,- sekali antar. Jika ingin berhemat, perjalanan ke pintu masuk dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Jarak tempuh kira-kira 200 meter atau kira-kira 10-15 menit dengan berjalan kaki. Di dekat pintu masuk terdapat mobil box besar berwarna jingga, itu adalah toilet. Jadi, jika ingin pergi ke toilet di dalam Taman Monas cukup mencari mobil box berwarna jingga, biaya Rp1.000,-.
Tidak jauh dari pintu masuk ada tempat untuk menunggu kereta wisata di Monas. Kereta ini  bertugas membawa pengunjung ke pintu masuk Tugu Monas, dan yang lebih penting kereta ini tidak dipungut biaya. Kapasitas kereta ini tidak terlalu banyak dan hanya ada dua kereta yang beroperasi. Jadi, jika ingin naik kereta harus mengantri cukup lama. Waktu operasi kereta ini disesuaikan dengan waktu buka dan tutupnya Monas.
Taman Monas memiliki cirri khas tersendiri dibanding taman-taman lain yang ada di kota Jakarta. Dulu taman ini merupakan tempat dibacakannya teks proklamasi. Selain itu, pada bagian Utara Taman Monas berhadapan langsung dengan Istana Negara. Sebuah simbol yang merepresentasikan politik nasional. Namun, keadaan yang terjadi di area Taman Monas sangat kontras dengan sejarah dan simbol negara ini. Taman ini labih banyak disalahgunakan, baik penyalahgunan pengelolaan maupun tindakan kriminal.

Setting Taman Monas                                     

Di area Merdeka Square ini, banyak orang berkumpul untuk tujuan rekreasi atau pun tujuan politik. Pada pusat taman berdiri Tugu Monumen Nasional (Monas) yang menjadi ikon kota Jakarta. Monas dibangun di kawasan seluas 80 hektare di Merdeka Square. Di sebelah utara dibatasi oleh Jalan Medan Merdeka Utara, di sebelah timur oleh Jalan Medan Merdeka Timur, di selatan oleh Jalan Medan Merdeka Selatan, di barat oleh Jalan Medan Merdeka Barat. Untuk menuju Taman Monas dapat melalui empat pintu yang ada pada jalan-jalan tersebut.
Di sekitar area Monas banyak kantor pemerintahan. Pada bagian utara terdapat Taman Merdeka, di bagian tersebut ditempatkan patung perunggu Pangeran Diponegoro yang sedang menaiki kuda. Dari sana pengunjung dapat menjangkau dasar Monas. Area Monas dibuka pada pukul 04.00 WIB dan ditutup pada pukul 00.00 WIB.
Di sekeliling tugu terdapat taman, dua buah kolam dengan lebar 80 x 45 meter persegi dan beberapa lapangan terbuka tempat berolahraga. Fasilitas yang tersedia di taman terdiri dari lapangan futsal, area berlari, tapak refleksi, dan lapangan senam. Ada pula atraksi perpaduan laser multiwarna tiga dimensi yang membuat Tugu Monas berubah warna pada malam hari.
Pada hari Sabtu dan Minggu, digelar atraksi air mancur yang diiringi alunan musik, sehingga area air terjun tersebut selalu padat dikelilingi orang-orang yang ingin menyaksikan. Atraksi lampu laser dimainkan sebanyak dua kali dengan durasi selama setengah jam, yakni mulai pukul 19.00-19.30 WIB dan pukul 20.00-20.30 WIB. Atraksi air mancur menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung.
Air Mancur Pesona Monas ini dibangun di lokasi air mancur lama yang dibangun pada pemerintahan Ali Sadikin di tahun 1974 dengan biaya renovasinya mencapai Rp. 26 Miliar. Renovasi air mancur ini bertujuan untuk memaksimalkan fungsi ruang terbuka hijau di taman Monas yang merupakan taman kota terbesar di Asia Tenggara. Air Mancur Pesona Monas memiliki 33 buah pompa air, 717 lampu air, juga ada sinar laser. Konfigurasi pancaran air dari 33 pompa air, sorotan lampu air, dan sinar laser itu lah yang bisa membuat air mancur seperti terlihat sedang menari.
Di Taman Monas juga tumbuh banyak pohon. Masing-masing pohon diberi keterangan. Keterangan tersebut mengenai nama pohon, tahun penanaman pohon, dan asal pohon. Banyaknya pohon membuat Taman Monas menjadi asri dan teduh. Selain itu, di Taman Monas juga terdapat beberapa rusa yang dipelihara.
Penangkaran rusa tidak jauh dari lapangan parkir. Hingga saat ini jumlah rusa yang ada mencapai sekitar 80 ekor. Dari 80 ekor rusa itu, sebagian besar berukuran kecil, sedang dan rusa dewasa sangat sedikit.Rusa-rusa tersebut ditangkarkan di tanah gersang dan tidak terdapat tumbuhan rumput hijau. Hanya ada daun kering jatuh dari pohon pelindung di sekitarnya. Tidak adanya rumput di lokasi itu sangat menyulitkan untuk memenuhi kebutuhan pangan rusa-rusa tersebut.
Disediakan lapangangan pakir bagi pengunjung yang membawa kendaraan pribadi. Lapangan parkir khusus pengunjung area monas dinamakan parkiran IRTI. Tempat parker kendaraan cukup luas. Namun sayangnya, manajemen parkirnya masih sangat berantakan. Sistem komputernya rusak, dan pencatatan waktu ditulis tangan di atas kertas cetak yang semestinya untuk komputer. Namun, jika ada penyelenggaraan kegiatan oleh instansi pemerintah di area Monas, maka hampir semua sistem komputernya berjalan dengan baik. Hal semacam ini berpotensi terjadinya manipulasi pemasukan uang parkir ke Badan Pengelola Perpakiran.
Tidak jauh dari lapangan parker terdapat lokasi tempat berkumpulnya berbagai pedagang, anatara lain pedagang makanan, minuman, aksesoris, pakaian, sepatu, sandal, kaset, dan sebagianya. Jumlah pedagang yang ada saat ini mencapai 316 orang. Namun, lokasi yang disediakan untuk para pedagang ini sangat minim. Luas area dagang tidak sesuai dengan jumlah kios yang ada, sehingga lokasi tersebut sangat sempit.

Fenomena Urban Black Spot

Berdasarkan pengamatan, terdapat beberapa permasalahan di dalam pengadaan dan pemanfaatan Taman Monas yang terjadi saat ini. Pertama, pemanfaatan Taman Monas lebih cenderung hanya terbatas pada manfaat fungsi tunggal, yaitu penghijauan atau estetika kota saja. Seharusnya secara normatif Taman Monas memiliki fungsi bagi kehidupan kota, yaitu ekologis, sosio-kultural, dan ekonomis. Fungsi tunggal inilah yang menyebabkan warga kota tidak peduli terhadap keberadaan RTH.
Kedua, pengadaan Taman Monas dilakukan dengan pendekatan “setengah hati”, serta belum terintegrasi dalam satu sistem kehidupan kota. Ketiga, keberadaan Taman Monas sebagai RTH masih dikalahkan oleh berbagai kepentingan lain yang lebih “menguntungkan”. Keempat, jika mengikuti kategori atas barang dan jasa, Taman Monas termasuk barang yang dikonsumsi oleh banyak orang, tidak ekonomis, dan sulit dikelola. Kondisi ini berdampak pada permasalahan manajemen pengelolaan Taman Monas.
Membangun fisik kota mungkin dapat dilakukan dalam hitungan tahun, tetapi membangun kota yang berjiwa pasti membutuhkan waktu yang lebih lama. Jiwa kota kita sebenarnya ada di ruang terbuka hijau, bukan gedung pencakar langit atau mal yang setiap hari kian berlomba mempersempit ruang publik Jakarta.
Salah satu kegagalan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dalam mengelola aset, potensi, dan investasi RTH adalah kerena para pejabatnya seringkali tidak mengikutsertakan pihak yang berkepentingan, berhubungan, dan berkaitan langsung dengan keberadaan RTH. Mereka adalah warga kota terutama yang berdekatan langsung dengan komponen RTH, seperti yang bertempat tinggal di sekitar taman kota.
Mereka seringkali ditinggalkan dalam pengambilan keputusan dan perencanaan RTH kota, seolah-olah RTH milik pemda sendiri. Memang benar Dinas Pertamanan DKI memiliki program penggalangan peran serta masyarakat yang mencoba memberdayakan masyarakat melalui pola kemitraan. Tetapi, ibarat orang berpacaran, maunya hanya dicinta, namun yang dilakukan justru hal-hal yang menyakiti atau menyinggung perasaan pacar.
Dinas Pertamanan ingin merangkul warga dalam pengembangan RTH, tetapi di saat bersamaan dilaksanakan proyek kontroversial pemagaran Taman Monas yang dikecam dan mengundang antipati warga terhadap Pemprov DKI Jakarta dalam mengelola RTH. Mengharapkan keterlibatan dan partisipasi aktif warga dalam pengembangan RTH rasanya jauh api dari sumbernya. Padahal, warga lebih membutuhkan kehadiran taman lingkungan dan lapangan olah raga, bukan pemagaran Taman Monas dan renovasi air mancur. Pemerintah seharusnya menjembatani prioritas utama kebutuhan RTH warga dan menolak proyek-proyek yang tidak sejalan dengan program pengembangan RTH.
Penyalahgunaan pengelolaan ini melahirkan berbagai permasalahan. Sikap pemerintah yang “setengah hati” mengikutsertakan warganya dalam pengambilan keputusan memunculkan berbagai tindakan kriminal. Sebagai contoh Taman Monas sebagai RTH yang kini menjadi Urban Black Spot (ruang negatif dalam kota). Sejak area Monas dipagari banyak pengunjung yang masuk dengan cara melompati pagar, menurut pengakuan pelaku, hal itu ia lakukan karena terlalu jauh jika ia harus melalui pintu masuk. Bukan hanya melompat, bahkan ada pengunjung yang merusak pagar agar bisa dijadikan pintu masuk. Ada yang berpendapat telah terjadi reduksi makna Taman Monas sebagai ruang publik.
Bukan hanya pemagaran yang melahirkan penyimpangan. Pelarangan masuknya pedagang asongan ke area Monas ternyata juga menimbulkan tindakan kriminal, yakni adanya pedagang asongan yang menyamar sebagai pengunjung dengan membawa tas besar beisikan barang dagangan, tujuannya agar tidak ditangkap oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) yang sering mengadakan razia. Yang menarik, pengunjung Taman Monas sering disuguhi “tontonan gratis” kucing-kucingan ala Satpol PP dan pedagang asongan.
Dengan pemagaran dan pelarangan masuknya pedagang asongan ke area Taman Monas, sebenarnya pemerintah telah menciptakan pembatasan secara nyata dan psikologis terhadap warganya. Selain itu, munculnya anggapan pemerintah berlaku diskriminatif terhadap sebagian warganya, terutama kalangan bawah yang berusaha mencari nafkah di ruang publik (sebagian dari mereka adalah korban krisis ekonomi). Ketidaktertiban seharusnya dijawab dengan pengaturan, bukan pemagaran.
Selain itu, Taman Monas kerap dijadikan tempat kejahatan seksual. Menurut salah seorang pedagang asongan perempuan, ia pernah mengalami pelecehan seksual di malam hari, pelecehan itu dilakukan oleh gerombolan pemuda yang sedang mabuk. Namun, perempuan itu tidak melaporkan pelecehan tersebut kepada petugas, karena posisinya serba salah. Jika ia melapor, ia tetap akan disalahkan karena melanggar peraturan tidak boleh berjualan di area Taman Monas.

Kesimpulan

Kemerdekaan untuk menikmati lingkungan hidup kota yang sehat dan bersih dari berbagai tindak kriminalitas juga merupakan hak warga sipil. Pembangunan RTH seharusnya ditujuakan untuk memberikan kemaslahatan publik dan menyelesaikan berbagai persoalan, bukan malah melahirkan berbagai persoalan baru. Pada akhirnya bagaimana pun, menyelamatkan RTH berarti menyelamatkan aset, potensi, dan investasi kota yang sangat berharga dan berjangka panjang.
Terlepas dari itu, Taman Monas hampir tidak pernah sepi dari pengunjung. Taman Monas juga memberikan manfaat positif bagi pengunjung. Taman ini bisa menjadi sarana rekreasi yang murah dan terjangkau. Pengunjung yang datang pun beragam. Pada hari Senin sampai Jumat, pengunjung yang mendominasi taman ini adalah pelajar yang ingin mengunjungi monumen, kemudian mereka menyempatkan diri berkunjung ke taman sekedar untuk beristirahat, berolah raga, bermain, berbincang, dan makan.
Selain itu, para pekerja yang kantornya berada tidak jauh dari taman ini juga sering mampir untuk melepas rasa lelah. Di hari Sabtu, pengunjung Taman Monas didominasi oleh para remaja yang datang berpasang-pasangan. Sedangkan pada hari Minggu, kebanyakan pengunjung yang datang membawa keluarga, biasanya tujuan mereka untuk berekreasi dan berolah raga dengan memanfaatkan sarana olah raga yang tersedia. Jadi sebenarnya, ada sisi positif dan negatif tentang pemagaran dan diberlakukannya jam buka-tutup di area Monas.

 
Design by Pocket