Oleh: M. Damara Suksma K*
Lembaga pendidikan merupakan rumah bagi manusia yang akan membangun
peradaban. Sekali lagi, pendidikan adalah kunci untuk
mencapai kesejahteraan sebuah bangsa.
Manusia sangat bergantung pada keadaan lingkungan
sosial. Salah satu contohnya adalah lingkungan pendidikan. Pendidikan merupakan
faktor yang sangat penting untuk kemajuan suatu negara. Suatu bangsa dapat dilihat
sebagai bangsa yang maju atau mundur dari kualitas pendidikan yang ada di
negaranya, sebab pendidikan merupakan proses mencetak generasi penerus bangsa.
Saya bertempat tinggal di Jalan
Daksinapati, yang masih satu kompleks dengan sebuah
universitas terkemuka di Jakarta.
Karena tinggal di lingkungan kampus, wajar
jika para mahasiswa berlalu-lalang
di sekitar tempat tinggal saya. Kegiatan para mahasiswa
berlangsung dari pagi hingga malam. Hal yang lumrah
jika mereka
beraktivitas sampai malam hari dikarenakan kegiatan kampus yang padat. Tetapi,
akan berbeda jika mereka
beraktivitas dikarenakan hal yang tidak ada sangkut-pautnya dengan kegiatan kampus.
Saya sering mengamati
kegiatan-kegiatan yang dilakukan mahasiswa universitas tersebut. Hal yang
menarik perhatian saya adalah kegiatan para mahasiswa pada saat malam hari yang
kebetulan dilakukan di sekitar tempat tinggal saya. Kegiatan tersebut kadang berlangsung hingga pagi.
Berdasarkan pengamatan yang saya lakukan, saya melihat terdapat dua golongan mahasiswa dalam hal
mengisi waktu luangnya. Yang pertama, mahasiswa yang mengisi waktu senggangnya
dengan hal-hal positif dan produktif, seperti berdiskusi. Kedua,
mahasiswa yang mengisi waktu senggangnya dengan hal-hal yang kurang produktif.
Tak bisa disangkal bahwa kegiatan nongkrong sudah menjadi tradisi bagi
sebagian besar mahasiswa. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan terciptanya kondisi tersebut. Pertama, lingkungan akademis atau tradisi keilmuan yang tidak kondusif. Hal semacam ini membuat mahasiwa mengalami kekosongan orientasi, didera
kebosanan, serta tidak terpacu untuk melakukan
hal penting terkait statusnya sebagai mahasiswa.
Kedua, fasilitas pendidikan dan
penunjang lainnya tidak memadai, sehingga membuat mahasiswa frustasi dan mencari penyaluran lain untuk beraktifitas. Ketiga, sistem yang tidak cocok dengan kebutuhan dan tuntutan. Keempat, rendahnya motivasi dari masing-masing
individu untuk
maju dan berkembang.
Perilaku dari sekelompok mahasiswa yang saya amati bisa jadi tidak
merepresentasikan keseluruhan dari perilaku mahasiswa di negeri ini. Dalam pengamatan ini
setidaknya bisa melihat gambaran riil bahwa hal seperti ini masih ada di kalangan penerus generasi bangsa.
Mungkin ini adalah sedikit dari banyak faktor yang membuat pendidikan di negera kita kurang maju.
Manajemen waktu dan pendewasaan
berfikir manusia akan sejalan dengan perencanaan yang matang yang harus dibuat
oleh setiap individu guna mencapai tujuan yang diinginkan. Idealnya mahasiswa
sudah memiliki kematangan sosial untuk membangun diri menjadi manusia yang paripurna dan berkarakter.
Untuk mencapai semua itu tentu perlu sebuah
perencanaan yang matang guna membangun sistem pendidikan
nasional yang mengarah pada pembangunan
SDM yang sesuai
dengan kebutuhan. Beberapa perencanaan tersebut adalah memperbaiki sistem dan
melengkapi fasilitas, serta menciptakan kondisi lingkungan yang kental dengan
nilai kultur akademis, sehingga mahasiswa akan lebih termotivasi
untuk melakukan kegiatan akademis yang bermanfaat. Hal ini
penting dan membutuhkan dukungan semua pemangku kepentingan.
*Siswa SMA Labschool Jakarta