Oleh: Arghasa
Rezaprasaga*
Pasar Kayu Putih
merupakan sarana berbelanja kebutuhan pokok utama bagi para penghuni wilayah
Kayu Putih. Pasar kayu putih berada di tengah-tengah kompleks kayu putih, jadi
hampir semua pelanggan pasar ini tinggal di wilayah Kayu Putih Selatan, Utara,
Barat dan Timur. Kondisi pasar kayu putih tidak seperti pasar kaget, pasar ini
memiliki jalan khusus konsumen. Padatnya jalan tersebut sangatlah tidak
memungkinkan untuk mengendarai sepeda motor, apalagi mobil.
Sebagian penjual
membuat kios-kios untuk menaruh dagangannya, dan sebagian lagi menaruh tikar
sebagai alas dagangannya. Kondisi Pasar Kayu Putih tidak berisik, namun seperti
pasar lainnya, pasar ini menciptakan bau yang menusuk hidung. Meski demikian,
pasar ini selalu ramai. Mayoritas pengunjung adalah pembantu dan ibu rumah
tangga. Pengunjung pasar ini biasanya hanya membeli barang-barang yang
diperlukan.
Tetapi tidak semua
konsumen di Pasar Kayu Putih membeli barang untuk keperluan pribadi. Banyak
pula yang membeli barang untuk dijual kembali. Di pasar ini, terdapat beberapa kios
penjual mainan, seperti mobil-mobilan, topeng mainan, pistol air, gitar-gitaran
dan sebagainya. Tentunya, hampir semua mainan tersebut buatan Cina. Rengekan
anak-anak yang meminta mainan mengalahkan suara para pedagang. Selain menjual
mainan anal-anak, pedagang-pedagang tersebut juga merangkap sebagai penjual
aksesoris perempuan, seperti jepit rambut, perhiasan imitasi, perlengkapan make up dan sebagainya.
Para pedagang di
Pasar Kayu Putih berjualan setiap hari, tanpa libur. Jangankan weekend, pada tanggal merah pun sebagian
dari mereka masih berjualan. Namun, kini para pedagang kayu putih mengalami
masalah, dikarenakan hadirnya ritel-ritel modern, seperti Alfamart, Indomart
dan sebagainya. Ritel modern tersebut menyajikan sembako dengan harga yang
lebih murah. Selain itu, tempatnya pun lebih nyaman untuk berbelanja. Hal
tersebut mengakibatkan pengunjung di Pasar Kayu Putih menurun. Dengan penurunan
tersebut, para pedagang di Pasar Kayu Putih mendapat income yang lebih sedikit, dan merugi.
Kekhawatiran
akan kelangsungan pasar tradisional pun muncul seiring dengan kehadiran ritel
modern yang berkembang dengan pesat. Proses berkembangnya tersebut dipengaruhi
oleh peningkatan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan penduduk, serta
perubahan sosial budaya. Faktor-faktor ini memengaruhi kualitas dan kuantitas
dalam pardagangan. Keberdaan ritel
modern yang dikaitkan dengan keberadaan pasar tradisional membuka persaingan
antara keduanya.
Kehadiran ritel
modern memang memberikan manfaat, namun keberadaannya mematikan pasar tradisional.
Persoalan tersebut menunjukan kurangnya peran pemerintah dalam pengaturan dan
pengelolaan ritel di Indonesia. Meskipun sudah ada peraturan dan kebijakan yang
terkait dengan dengan ritel, seperti SKB Menperindag dan Mendragi No. 145/MPP/Kep.5/1997
tentang penataan dan pembinaan pasar dan pertokoan, kepmenperindag No.
261/MPP/Kep. 10/1997 yang menjadi rujukan teknis penataan dan pembinaan pasar
dan pertokoan, namun tetap saja tidak memberikan sinyal positif bagi
terciptanya keseimbangan antara ritel modern dan pasar tradisional.
*Siswa SMA Labschool Jakarta
*Siswa SMA Labschool Jakarta