Oleh:
Azka Addina*
Tidak jauh dari tempat saya tinggal,
terdapat sebuah wilayah yang dikenal sebagai Kawasan Hitam, yaitu Tanjung Priok. Disebut sebagai Kawasan Hitam karena banyaknya kejahatan yang terjadi di sana. Di
Tanjung Priok terdapat pelabuhan yang merupakan pelabuhan internasional
sehingga banyak kawasan pergudangan. Tidak sedikit orang yang terlibat kriminal
seperti pembunuhan atau perampokan memilih gudang-gudang tersebut
sebagai tempat
persembunyian.
Tantangan hidup yang keras -dalam artian mencari penghidupan dari kerja kasar sebagai
buruh pelabuhan- membuat wilayah
ini menjadi rawan kejahatan. Mayoritas masyarakat yang tinggal
di wilayah tersebut berasal dari
Madura, Bugis dan Banten. Mereka memiliki watak yang keras karena berasal dari daerah pesisir.
Tapi, tidak semua orang yang tinggal di
sana memiliki watak keras.
Sebenarnya
tidak semua wilayah di Tanjung Priok merupakan Kawasan Hitam, hanya ada beberapa tempat yang benar-benar disebut
Kawasan Hitam,
yakni Folker yang ditempati
oleh kebanyakan orang Madura kelas
bawah, Cilincing, Kalibaru dan Rawa Badak yang mayoritas penduduknya berasal
dari etnis Bugis (Makassar) dan Banten.
Kasus yang belum lama terjadi adalah kasus penggusuran
makam Mbah Priok. Dalam
kasus tersebut terjadi bentrokan
antara Satpol PP dengan warga Koja yang menolak penggusuran makam Mbah Priok. Mengapa
demikian? Karena, makam Mbah Priok adalah makam yang dinobatkan sebagai
makam kramat oleh sebagian besar masyarakat Tanjung Priok. Mbah Priok merupakan seorang ulama,
masyarakat
menyebutnya Habib. Kasus Mbah Priok merupakan satu
dari banyak kasus yang terjadi di Tanjung Priok, seperti kasus aborsi, pencurian kendaraan dan
sebagainya.
Orangtua saya pernah mengalami pencurian saat
melintas di Kawasan Hitam tersebut. Modus yang digunakan adalah membohongi
pengendara dengan mengatakan bahwa ban kendaraan yang ditumpangi kempis. Otomatis pengendara akan turun dari
kendaraannya untuk memeriksa keadaan ban. Begitu pengendara mengecek keadaan
ban, pelaku langsung membawa kabur barang yang ada di dalam kendaraan. Biasanya, pelaku menggunakan motor untuk melakukan aksinya,
supaya bisa kabur
dengan
mudah.
Akan
tetapi, yang paling terkenal dari semua kejahatan tersebut adalah
“Bajing Loncat”. Bajing Loncat adalah pencurian barang-barang di
atas truk terbuka dan truk yang di tutup terpal. Mereka
mencuri apa saja yang bisa diambil dari truk tersebut. Pelakunya mulai dari
remaja hingga orang dewasa.
Itulah
beberapa contoh kejahatan yang terjadi di Kawasan Hitam. Kejahatan yang terjadi di wilayah Tanjung Priok sebagian besar
disebabkan oleh pengangguran dan kemiskinan. Seandainya pemerintah bisa memberikan pelatihan untuk
meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di wilayah Tanjung Priok dan membuka lapangan pekerjaan lebih
banyak lagi, kemungkinan kejahatan di Tanjung Priok bisa diminimalisir. Dengan
begitu, akan tercipta
lingkungan Tanjung Priok yang lebih baik dan jauh dari kesan Kawasan Hitam.
*Siswa SMA Labschool
Jakarta