Edisi Tanpa Kabar

Desember 09, 2013


Seperti biasa, saya masih merasakan sakit pada beberapa bagian di tubuh saya. Tentu saja itu membuat nafsu makan saya berkurang. Bahkan, bernapas pun rasanya tidak enak. Ketidaknyamanan itu membuat saya lemas dan pusing. Jadi, hari ini saya hanya berleha-leha dan lebih sering merebahkan kepala pada meja dan kasur, tumpukan tugas sudah pasti terabaikan. Walau tubuh saya sedang tidak asyik, saya masih menyempatkan diri untuk mengecek ponsel, itu pada pukul 12.30 WIB. Saya senang karena tidak ada satupun pesan atau panggilan yang masuk, itu artinya saya tidak melewatkan sesuatu yang penting. Kemudian saya letakan kembali ponsel di meja.

Tttrrtttt.... Ttrrrttt....


Ponsel saya bergetar. Oh, ada panggilan masuk. Rangkaian angka tampak di layar, namun saya tidak mengenali siapa pemilik nomor itu. Saya tekan tombol hijau.

"Haalllooo..." sapa saya.
"Halo."
"Maaf, dengan siapa ya?"
"Ini saya ****."
"Oh, ada apa?"
"Kenapa gak ada kabar?"
"Kenapa harus ada kabar?" saya terbahak.
"Kenapa ketawa? Saya kan nanya."
"Jawab dulu pertanyaan saya."
"Lama gak ketemu. Gak ada kabar."
"Gak ada yang mengharuskan saya ngasih kabar ke Anda, kan?"
"Tapi jangan gitulah...!"
"Terserah saya dong, saya kan gak ada urusan sama Anda."
"Ya..., silaturahmi kan boleh."
"Maaf, udah dulu ya."
"Oh, yaudah. Kabar-kabarinlah jangan sombong."
"Iya. Daaaaaaa!" saya tekan tombol merah.

Saya simpan nomor pria itu di ponsel saya, dan saya beri nama 'Tanpa Kabar'. Saya namai demikian karena ia sangat rajin mengirimi saya pesan yang isinya hanya menanyakan kabar, dan saya tidak pernah menyimpan nomornya. Mr. Tanpa Kabar itu selalu menuntut saya untuk memberi kabar, padahal hubungan kami tidak terlalu dekat.

"Apa mau tuh orang ya?!" batin saya.

Kepala saya makin pusing. Sudahlah, buat apa dipikirkan, ia cuma ingin bersilaturahmi, jangan berburuk sangka. Yang tidak dekat rajin menghubungi, itu bagus. Yang dekat, justru sering melupa, jangan ditiru ya.... ^.^
 
Design by Pocket