Foto: Kompas |
Pendidikan merupakan proses budaya untuk
meningkatkan harkat dan martabat manusia yang berlangsung sepanjang hayat.
Pendidikan selalu berkembang dan selalu dihadapkan pada perubahan zaman. Untuk
itu, mau tak mau pendidikan harus didesain mengikuti irama perubahan tersebut
supaya tidak tertinggal dengan lajunya perkembangan zaman itu sendiri. Namun,
usaha tersebut seringkali disalahartikan. Kini kebanyakan sekolah mewujudkan
usaha tersebut dengan cara mengikuti permintaan siswa, seolah sekolah merupakan
swalayan yang menyediakan apapun yang siswa inginkan.
Model pendidikan seperti itu akan
menghasilkan manusia yang hanya siap memenuhi kebutuhan zaman, bukannya
bersikap kritis terhadap zaman. Manusia sebagai objek (yang adalah wujud dari
dehumanisasi) merupakan fenomena yang justru bertolak belakang dengan visi
humanisasi, menyebabkan manusia tercabut dari akar-akar budayanya. Seperti yang
terlihat saat ini, di mana para remaja mengagumi hal-hal yang berbau Barat.
Hal ini dapat dilihat dari bagaimana para
remaja terpesona oleh acara Prom Night yang berasal dari Amerika.
Melalui media mereka diperkenalkan oleh Prom Night. Remaja yang dalam
kesehariannya dekat dengan media, tidak dapat menghindar dari pesona Prom
Night yang ditawarkan olehnya. Melalui media, remaja hendak dibentuk menjadi generasi yang
tumpul, tidak produktif dan dijauhkan dari semangat ilmiah. Mereka tidak lagi
memikirkan bagaimana membangun karakter pribadi yang produktif seperti
berkarya, mencipta dan berperan untuk melawan kontradiksi yang ada di dalam
masyarakat. Mereka lebih memilih tenggelam dalam pesona Barat yang dibawa oleh
media.
Keterpesonaan tersebut mereka bawa ke dalam
institusi pendidikan yang bernama sekolah. Sekolah menjadi arena di mana Prom
Night direproduksi. Di sekolah Prom Night menjadi ruang sosial, di mana para agen melakukan strategi-strategi untuk mempertahankan
kedudukan masing-masing. Proses reproduksi
tersebut tidak terlepas dari peran media yang masuk ke dalam wilayah sasaran,
yakni sekolah, dengan membawa produk-produknya. Produk-produk tersebut
memancing hasrat konsumsi. Pada level inilah terjadi adaptasi proses belajar
menuju aktivitas konsumsi atau pengembangan suatu gaya hidup.
Konsumsi
merupakan pendukung untuk mencapai kepentingan masing-masing agen. Konsumsi
yang mereka lakukan lebih kepada barang-barang simbolik. Konsumsi
barang-barang simbolik dalam Prom Night diasosiasikan dengan kemewahan,
keindahan dan romansa. Sehingga bukan pemandangan yang aneh jika Prom Night
identik dengan kemewahan.