Agama Budaya atau Agama Langit (?)

September 30, 2013



Tuhan menurunkan agama sebagai pedoman dasar kehidupan umat manusia. Dengan agama, manusia mamiliki landasan etika dan moral dalam menjalankan hidup sesuai dengan tuntutan Tuhan. Dengan kata lain, agama lahir untuk manciptakan manusia beradab. Agama sebagai sistem nilai tersebut memberi kejelasan kepada manusia tentang apa yang baik dan yang buruk, yang mendasari seluruh kegiatannya dalam menciptakan peradaban.
Setiap agama diisyaratkan memiliki prinsip dasar. Pertama, mengakui suatu logika yang menyatakan bahwa yang satu bisa dipahami dan diyakini dengan berbagai bentuk dan tafsiran. Kedua, mengakui bahwa kualitas pengalaman keagamaan yang partikular dan beragam itu hanya sebagai alat dan jalan untuk mencapai kebenaran absolut yang universal. Ketiga, walaupun pengalaman religiusitas yang partikular itu dipahami hanya sebagai alat atau jalan untuk mencapai realitas absolut, tetapi masing-masing jalan itu harus diyakini sebagai satu jalan yang mutlak. Namun, sikap ini mengakui adanya kemungkinan penganut jalan yang berbeda, mamiliki sikap yang sama, yaitu memutlakkan jalan yang dianutnya.

Tukuhatsu: Ziarah Mengemis

September 10, 2013

Sumber Gambar: Google

Membaca buku Aleph karya Paulo Coelho memberikan saya sedikit pengetahuan tentang Tukuhatsu, Ziarah Mengemis. Menurut seorang biksu dari Jepang, selain membantu biara-biara Budha yang kelangsungannya bergantung pada donasi, kegiatan mengemis juga mengajarkan kerendahan hati. Selain itu, kegiatan tersebut juga untuk menyucikan kota. Itu karena, menurut filosofi Zen, si penderma, si pengemis dan derma itu sendiri, semuanya merupakan bagian dari rantai penting keseimbangan. Si peminta melakukannya karena ia membutuhkan, si pemberi juga melakukannya karena membutuhkan itu. Uang derma menjadi penghubung kedua kebutuhan itu, dan atmosfer kota menjadi lebih baik karena semua orang mampu bertindak dengan cara yang perlu mereka lakukan.


Multikultural: Membangun Masyarakat Madani

September 05, 2013


Oleh: Febriani*

Multikultural terdapat dua kata, yaitu “multi” yang artinya banyak atau beragam dan “kultural” artinya budaya atau kebudayaan. Pada hakekatnya masyarakat multikultural ialah suatu masyarakat yang terdiri dari bermacam-macam elemen, seperti: suku, ras, bangsa, dan adat istiadat. Salah satu contoh negara multikultural, yakni Indonesia. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman budaya, sehingga masyarakat Indonesia masuk dalam kategori masyarakat multikultural.
Masyarakat multikultural ini mempunyai beberapa ciri, diantaranya: memiliki struktur budaya yang lebih dari satu, terjadinya segmentasi, arti segmentasi disini adalah masyarakat yang terbentuk dari beragam ras, suku, bangsa dan lainnya tetapi masih memiliki pemisah. Pemisah ini diartikan primordial, memiliki stuktur sosial yang bersifat nonkomplementer, maksudnya ialah lembaga yang mengalami kesulitan dalam mengatur masyarakatnya. Intergrasi karna faktor paksaan. Jadi, masyarakat multikultural menganut multikulturalisme. Yang artinya paham yang beranggapan bahwa berbagai kebudayaan yang beragam atau berbeda memiliki kedudukan yang sama.

Lapisan Sosial Masyarakat


Oleh: Engelrika*

Stratifikasi sosial bersifat abstrak, yaitu tidak dapat diraba akan tetapi dapat dirasakan oleh orang-orang sekitar keadaaan suatu stratifikasi tersebut. Stratifikasi Sosial merupakan pembentukan atau pengelompokan sosial masyarakat secara vertikal (bertingkat). Vertikal yang dimaksudkan dalam stratifikasi sosial ini adalah pembentukan dan pengelompokan sosial masyarakat berdasarkan tingkat kekayaan, kekuasaan, wewenang, maupun status sosial yang tinggi. Hal ini membuat seseorang yang memiliki status sosial atau jabatan yang tinggi dapat menjadi tingkatan paling tinggi.
Dalam Stratifikasi sosial tidak peduli apakah seseorang itu memiliki pengalaman yang lebih banyak atau sedikit. Bahkan orang yang dianggap tidak memiliki suatu pengalaman dalam memimpin suatu kelompok masyarakat, dapat dipilih untuk menjadi pemimpin suatu kelompok masyarakat tersebut. Mengapa? karena sesorang tersebut memiliki suatu status sosial yang tinggi atau tingkat kekayaan yang lebih dari anggota masyarakat lainnya. Contoh: Ayah si A adalah orang mampu yang memiliki tingkat kekayaan yang cukup tinggi. Dengan kekuasaan kekayaan tersebut, anak si A dapat menjadi ketua sebuah kelompok masyarakat, dikarenakan kekayaan dapat mempengaruhi status sosial seseorang.

Dinamika Masyarakat Perkotaan

September 03, 2013

Oleh: Cecilia Pujianti*

Sebelum saya membahas tentang masyarakat perkotaan, saya akan menjelaskan tentang pengertian kota dan masyarakat. Max Weber melihat suatu tempat disebut kota apabila penghuni setempatnya dapat memenuhi sebagaian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal. Ciri-cirinya adalah mempunyai pasar, juga mempunyai hukum dan lain-lain tersendiri dan bersifat kosmopolitan. Berbeda dengan Cristaller yang menilai kota berdasarkan fungsinya sebagai penyediaan jasa-jasa bagi lingkungannya. Sebagaimana tempat ini bisa berguna sebagai penyediaan barang dan jasa-jasanya untuk tempat-tempat di sekitarnya.
Wirth mengatakan kota adalah pemukiman yang relatif besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya, sehingga hubungan sosialnya menjadi longgar acuh dan tidak pribadi. Sedangkan menurut Harris dan Ullman kota merupakan pusat pemukiman dan manusia yang memanfaatkan sumber daya alam (SDA). Manusia yang tidak peduli terhadap alam menyebabkan SDA rusak dan semakin cepat habis karena orang-orang yang tidak bertanggung jawab tersebut. Harris dan Ullman memikirkan bagaimana cara membangun kota di masa depan agar keuntungan dari konsentrasii pemukiman tidak mendatangkan kerugian atau paling tidaknya diperkecil. Sedangkan arti masyarakat menurut R.Linton adalah setiap kelompok manusia yang cukup lama dan hidup bekerjasama. M.J. Herskovits mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok individu yang diorganinsasikan dan mengikuti satu cara hidup tertentu.
 
Design by Pocket